Sukses

Wall Street Mampu Perkasa di Pemerintahan Trump, Mengapa?

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street mampu cetak rekor tertinggi di bawah pemerintahan Donald Trump.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau wall street bergerak positif pada awal 2018. Bahkan, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump indeks saham Dow Jones menembus rekor ke posisi 26.000.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan, hal tersebut tak lepas dari pemerintah AS di bawah Presiden AS Donald Trump akan memangkas pajak.

"Tax cut kebijakan yang dampaknya positif bagi AS, saking positifnya tercermin di Bursa Efek Now York Stock Exchange atau Dow Jones mencapai rekor di bawah Trump," kata dia di acara Seminar Sehari Melek Investasi di John Paul School Bekasi, Sabtu (27/1/2018).

Dia menuturkan, pemangkasan pajak merupakan cara yang efektif mendorong perekonomian. Lantaran daya beli masyarakat akan meningkat. Tak hanya itu, secara psikologis masyarakat juga merasa lebih kaya.

"Sekarang kalau tax rate diturunkan mesti belanja karena secara psikologis makin kaya," sambungnya.

Dia menambahkan, kebijakan tepat dilakukan sejalan dengan kepatuhan pajak AS yang relatif tinggi. Kondisi tersebut berbeda dengan Indonesia yang rasio pajaknya relatif rendah. Bahkan, posisinya lebih rendah dibanding Malaysia dan Thailand.

"Di AS kepatuhan pajak juga tinggi, kalau Indonesia malah mencari tambahan revenue dari pajak," ujar dia.

Pada penutupan perdagangan bursa saham AS atau wall street Jumat waktu setempat, indeks saham Dow Jones naik lebih dari 220 poin. Mengutip laman USA Today, selama sepekan periode 22-26 Januari, indeks saham Dow Jones naik hampir 545 poin. Hal itu mendorong, indeks saham Dow Jones naik 7,7 persen secara year to date (Ytd). Indeks saham Dow Jones mencatatkan rekor sebanyak 11 kali pada 2018. Indeks Dow Jones sentuh level tertinggi di 26.616,71.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street Cetak Rekor Tersengat Saham Intel

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mampu mencatatkan penguatan dengan indeks saham Dow Jones dan S&P 500 cetak rekor. Laporan keuangan perusahaan terutama dari Intel dan AbbvVie jadi katalis positif.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 221,23 poin atau 0,84 persen ke posisi 26.614,02. Indeks saham Dow Jones menguat 33,54 poin atau 1,18 persen ke posisi 2.872,79. Indeks saham Nasdaq bertambah 94,61 poin atau 1,28 persen ke posisi 7.505.

Tiga indeks saham acuan di wall street pun catatkan penguatan terbaik sejak 2016. Saham Intel melonjak ke posisi US$ 49,95, tertinggi sejak Oktober 2000. Saham Intel naik 9,81 persen usai laporan keuangan mengindikasikan margin tinggi dari bisnis data center.

Selain itu, saham AbbVie menguat 12,68 persen usai produsen obat membukukan kinerja laba naik signifikan. Kinerja keuangan positif itu juga didukung dari reformasi pajak AS dan berharap perseroan catatkan pertumbuhan dividen dan pembelian kembali saham.

"Kinerja keuangan perusahaan menjadi katalis penggerak pasar. Kinerja laba perusahaan menunjukkan prospek pertumbuhan ekonomi masih positif. Prospek pertumbuhan ekonomi akan ditopang reformasi pajak," ujar Brent Schutte, Chief Investment Strategist Northwestern Mutual Wealth Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu 27 Januari 2018.

Pertumbuhan laba kuartal IV 2017 bagi perusahaan yang masuk indeks S&P 500 diperkirakan tumbuh 13,2 persen. Angka ini naik dari prediksi awal tahun. 133 perusahaan sudah sampaikan laporan keuangan, 79,7 persen mencatatkan kinerja pertumbuhan laba melebihi harapan.

Sementara itu, Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) naik 2,6 persen pada kuartal IV. Pertumbuhan PDB ditopang dari belanja konsumen menguat dalam tiga tahun ini. Hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya impor.

"Meski pun data GDP mengecewakan dari perspektif ekonomi tetapi manufaktur dan konsumsi membaik pada saat bersamaan. Selain itu global juga membaik sehingga ada potensi pertumbuhan PDB ke depan," jelas Schutte.

Sementara itu, dolar AS melemah mendukung perusahaan multinasional. Dolar AS turun 0,59 persen terhadap mata uang utama lainnya. Dolar AS catatkan kinerja buruk sejak Mei usai pernyataan pejabat AS soal dolar AS melemah.

Adapun indeks sektor saham perawatan kesehatan mencetak kenaikan terbaik dengan tumbuh 1,62 persen. Indeks sektor saham perawatan kesehatan catatkan performa terbaik di antara sektor saham lainnya di wall street.

Kemudian saham Pfizer naik 4,14 persen usai regulator Eropa merekomendasikan perluasan pemasaran obat diabetes yang dikembangkan Perseroan dan Merck. Saham Merck pun naik 0,82 persen. Sementara itu, saham Starbucks turun 4,99 persen usai pertumbuhan penjualan secara global bakal turun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.