Sukses

Lawan Tekanan Wall Street, Bursa Saham Asia Menguat

Bursa saham Asia cenderung menguat pada awal perdagangan saham Kamis (8/2/2018)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia cenderung menguat pada awal perdagangan saham Kamis (8/2/2018). Penguatan tersebut tidak terpengaruh tekanan wall street karena dipengaruhi sentimen kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Pada pembukaan perdagangan bursa saham Asia, indeks Nikkei Jepang melonjak 0,64 persen. Kenaikan itu terdorong penguatan sektor saham keuangan dan otomotif. Sebut saja saham Toyota yang naik 2,94 persen, Fanuc Manufacturing menguat 2,67 persen, dan Mitsubishi UFJ Financial Group naik 1,53 persen.

Selain itu, sektor saham teknologi mayoritas naik tinggi, seperti Sony menguat 1,48 persen dan Nikon 2,09 persen. Sedangkan saham Nintendo justru tergelincir 0,71 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Kamis pekan ini.

Indeks saham Korea Selatan Kospi bergerak menguat 0,85 persen setelah berada di zona merah pada sesi penutupan perdagangan kemarin (7/2). Saham-saham teknologi memimpin, di antaranya Samsung Electronics menguat 1,48 persen.

Indeks saham Australia justru melawan tren positif bursa saham Asia. Indeks ASX 200 jatuh 0,12 persen terseret sentimen negatif di sektor energi dan material, serta terimbas dari laporan neraca keuangan Nissan Motor, Nikon, dan Manulife Financial.

Saham Rio Tinto, perusahaan tambang Inggris-Australia yang memiliki 40 persen hak partisipasi di PT Freeport Indonesia ini jeblok 2,29 persen setelah mengumumkan rekor dividen setahun sebesar US$ 5,2 miliar atau US$ 2,90 per saham.

Dividen diberikan karena pendapatan perusahaan pada tahun lalu melonjak 69 persen menjadi US$ 8,63 miliar. Rio Tinto juga melaporkan pembelian kembali (buy back) saham senilai US$ 1 miliar.

Sementara di pasar uang, indeks dolar AS diperdagangkan di level 90,267. Nilai mata uang dolar AS terhadap yen Jepang turun ke posisi 109,30. Sedangkan kurs Euro merosot ke posisi 1,2265 per dolar AS.

Harga minyak dunia masih tertekan setelah menyentuh level terendahnya dalam satu bulan menyusul persediaan dan produksi minyak mentah AS meningkat pekan lalu.

Harga minyak mentah AS menurun 0,24 persen menjadi US$ 61,64 per barel, dan harga minyak mentah Brent merosot 2 persen menjadi US$ 65,51 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street Tertekan

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak hingga akhirnya ditutup melemah. Sektor saham energi dan teknologi mendorong wall street ke zona merah.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 19,7 poin atau 0,08 persen ke posisi 24.893,07. Indeks saham S&P 500 susut 13,51 poin atau 0,50 persen ke posisi 2.681,63. Diikuti indeks saham Nasdag koreksi 63,90 poin atau 0,9 persen ke posisi 7.051,98.

Indeks saham S&P 500 kembali melemah usai alami volatilitas besar termasuk penurunan terbesar pada perdagangan saham Senin 5 Februari 2018. Diikuti juga indeks saham Dow Jones.

"Pelaku pasar akan melakukan aksi jual, dan sejumlah investor ada yang ambil keuntungan dari penurunan indeks saham. Sekarang semua orang gelisah dan akan melihat volatilitas," ujar Alan Lancz, Presiden Direktur Perusahaan Konsultasi Investasi Alan B.Lancz and Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 8 Februari 2018.

Penurunan wall street didorong sektor saham teknologi yang susut 0,1 persen sehingga seret Nasdaq ke zona merah. Demikian juga sektor saham energi melemah sekitar 1,1 persen lantaran harga minyak tertekan. Sedangkan sektor saham industri dan keuangan mendukung pasar.

Wall street tertekan didorong kekhawatiran kenaikan imbal hasil obligasi atau surat utang dan inflasi lebih tinggi. Ini diperkuat laporan data tenaga kerja pada Jumat pekan lalu sehingga picu kekhawatiran the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.

Pada Rabu waktu setempat, Senat AS juga capai kesepakatan anggaran bipartisan dua tahun senilai US$ 300 miliar. Ini juga untuk akhiri perdebatan mengenai fiskal selama bertahun-tahun.

"Kesepakatan anggaran memberikan keuntungan bagi pasar tetapi saya akan lebih fokus pada isu seputar pertumbuhan upah ketimbang hal itu," ujar Stephen Massocca, Wakil Presiden Direktur Wedbush Securities.

Indeks saham VIX yang ukur kekhawatiran investor pun turun 5,2 poin menjadi 24,78. Adapun saham pengaruhi pasar antara lain saham Wyn Resorts naik 7,4 persen usai Steve Wynn mengundurkan diri dari jabatan Chief Executive Officer (CEO). Saham Snap melonjak 46,6 persen setelah laporan lonjakan pertumbuhan pengguna dan pendapatan pada kuartal terakhir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.