Sukses

Incar Pasar Mobil Australia, Pajak Sedan Harus Turun

Menperin Airlangga Hartarto meminta penurunan PPnBM untuk mobil sedan sehingga bisa menigkatkan produksi dan ekspor ke Australia.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan Indonesia semakin serius dalam mengincar pasar otomotif, khususnya mobil sedan Australia. Sebab, peluang ini dinilai semakin terbuka setelah semua industri mobil di Negeri Kanguru tersebut ditutup.

Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto mengatakan, pasar Australia untuk produk mobil mencapai 2 juta unit mobil. Namun setelah industri dalam negerinya tutup, Australia memilih untuk mengimpor mobil dari Jepang dan Thailand.

"Di Australia pabrik otomotif tutup semua, sehingga pasarnya yang 2 juta, sekarang disuplai dari Thailand dan Jepang," ujar dia di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/2/2018).

Namun produk mobil yang diimpor oleh Australia adalah jenis mobil sedan. Sedangkan saat ini produksi sedan Indonesia masih dihadapkan pada tingginya tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dikenakan untuk mobil sedan. Hal tersebut membuat produsen otomotif dalam negeri enggan memproduksi sedan.

Menurut Airlangga, saat ini produksi mobil di Indonesia baru mencapai 1,5 juta unit per tahun. Padahal total kapasitas produksi mobil di dalam sudah mampu mencapai 2 juta unit.

Dengan adanya penurunan PPnBM, diharapkannya, sedan bisa mengisi idle capacity tersebut. Sehingga selain untuk pasar dalam negeri, sedan yang diproduksi juga bisa diekspor ke negara lain, seperti Australia.

"Ini akan mendorong utilitas di otomotif. Karena kapasitas di otomotif sudah bisa sampai 2 juta unit sebetulnya, sekarang utilisasinya sekitar 1,4 juta-1,5 juta. Kalau ini bisa dilakukan, kita akan punya kapasitas untuk ekspansi," kata dia.

Selain itu, saat ini kedua negara tengah merampungkan perjanjian kerja sama perdagangan Indonesia-Australia Comprehensive Partnership Agreement (IA-CEPA). Dengan demikian, akan mempermudah masuknya produk sedan Indonesia ke Australia.

"Kalau ini bisa kita selesaikan dan IA-CEPA itu selesai, maka ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk ekspor otomotif, termasuk mobil sedan ke Australia," tandas Airlangga. 

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mobil Pedesaan Produksi RI Siap Mendunia

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian mengaku mobil, pedesaan untuk mengangkut peralatan maupun hasil perkebunan sudah diproduksi dua perusahaan lokal, yakni CV. Karya Hidup Sentosa di Yogyakarta dan PT Astra Otoparts Tbk. Bahkan mobil ini siap diekspor ke negara lain.

Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto mengungkapkan, mobil pedesaan ada beberapa tipe. Yang sudah diproduksi adalah tipe mobil angkutan untuk membawa alat-alat perkebunan.

"Yang sudah diproduksi dua perusahaan, yakni di Yogyakarta CV. Karya Hidup Sentosa dan Astra Otoparts," kata dia saat menghadiri Rakor Strategi Penyiapan Talent Ekonomi Digital di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, pada 31 Januari 2018. 

Meski tidak menyebut volume produksi mobil pedesaan jenis angkutan hasil perkebunan, Airlangga mengaku, mobil tersebut sudah digunakan di wilayah Sumatera. Bangganya lagi, mobil ini bakal diekspor.

"Jumlahnya mereka yang memproduksi dan sudah dipakai di beberapa kebun, contohnya di Sumatera. Astra Otoparts sudah dikirimkan sampel untuk ekspor," jelas Ketua Umum Partai Golkar itu.

Menurut Airlangga, mobil pedesaan tipe angkutan hasil perkebunan ini sudah pada tahap skala industri dan mobil ini didesain penuh oleh para insinyur otomotif Indonesia.

"Yang jenis prototipe (purwarupa) yang desain dibuat insinyur otomotif Indonesia sedang kita perbaiki. Ini nanti akan diproduksi di pertengahan tahun ini," jelasnya.

Hanya saja, kata dia, produksi mobil pedesaan terkendala masalah investasi. Untuk memproduksi mobil tersebut, butuh investasi minimal Rp 100 miliar.

"Kendala produksi mobil pedesaan di investasi. Investasi minimal Rp 100 miliar," tukas Airlangga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.