Sukses

Masuk AS, Mesin Cuci Asal RI Tak Kena Bea Impor

Pemerintah AS membebaskan produk mesin cuci dengan kapasitas besar asal Indonesia dari tindakan pengamanan perdagangan.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah membebaskan produk panel surya dari tindakan pengamanan perdagangan (safeguards), kini pemerintah Amerika Serikat (AS) juga melakukan hal yang sama pada produk mesin cuci dengan kapasitas besar (Large Residential Washers/LRWs) asal Indonesia.

Keputusan pembebasan tersebut dikeluarkan Pemerintah AS melalui Proclamation 9694 to Facilitate Positive Adjustment to Competition from Imports of LRWs pada 23 Januari 2018.

"Pemerintah AS membebaskan produk mesin cuci dengan kapasitas besar asal Indonesia dari tindakan pengamanan perdagangan. Namun, tindakan itu akan diterapkan pada produk sejenis yang berasal dari Korea Selatan, Vietnam, dan Meksiko dalam bentuk tariff-rate quota selama tiga tahun," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, Jumat (9/2/2018).

Tindakan pengamanan perdagangan adalah tindakan yang dilakukan suatu negara akibat munculnya lonjakan impor suatu barang. Namun, perjanjian tindakan pengamanan perdagangan WTO menyebutkan jika negara-negara berkembang dengan pangsa pasar impor di bawah 3 persen secara individu atau di bawah 9 persen secara kolektif harus dikecualikan dari tindakan tersebut.

Oke menjelaskan, Indonesia tidak mengekspor produk mesin cuci jenis tersebut ke AS. Namun, untuk tujuan ekspor ke negara lainnya tercatat pada 2016 sebesar US$ 1,71 juta. Sedangkan di 2015 mencapai puncaknya sebesar US$ 5,65 juta dan di 2014 sebesar US$ 4,17 juta.

"Meskipun Indonesia tidak mengekspor mesin cuci jenis tersebut ke AS, langkah untuk membebaskan produk itu dari tindakan pengamanan perdagangan sangat perlu diambil Indonesia untuk mengamankan akses pasar ekspor Indonesia, khususnya ke AS. Ini dapat membuka peluang bagi investor untuk berinvestasi di sektor industri elektronik yang memproduksi mesin cuci dengan kapasitas besar, baik untuk dipasarkan di Indonesia maupun untuk keperluan ekspor," kata dia.

Selain itu, Oke juga berharap, peluang ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para produsen/eksportir mesin cuci berkapasitas besar di Indonesia untuk mengekspor produknya ke AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Whirlpool Cooperation

Penyelidikan tindakan pengamanan perdagangan ini dilakukan oleh Otoritas Penyelidikan Komisi Perdagangan AS (USITC) yang diinisiasi pada 5 Juni 2017. Penyelidikan dilakukan berdasarkan petisi yang dilayangkan Whirlpool Cooperation yang merupakan perusahaan multinasional dan pemasaran AS pada bidang peralatan rumah tangga.

Whirlpool Cooperation melaporkan adanya lonjakan impor produk mesin cuci kapasitas besar di AS yang menyebabkan produknya tidak dapat bersaing, karena produk impor jenis tersebut menguasai pangsa pasar domestik di AS. Namun, Indonesia berhasil membuktikan bahwa lonjakan impor produk mesin cuci itu bukan berasal dari Indonesia.

Sementara itu, Direktur Pengamanan Perdagangan Pradnyawati mengatakan, suatu negara tidak dapat serta-merta menerapkan tindakan pengamanan perdagangan.

"Suatu negara tidak bisa sekedar berasumsi untuk menentukan adanya lonjakan impor, tetapi harus melalui penyelidikan terlebih dahulu. Indonesia juga kembali memberikan apresiasi atas keputusan yang diambil pemerintah AS," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.