Sukses

Laju IHSG Bakal Variasi, Awasi 7 Saham Pilihan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 6.460-6.550 pada awal pekan ini,

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang variasi pada perdagangan saham awal pekan ini. Rilis laporan keuangan emiten masih pengaruhi laju IHSG.

Analis PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi menuturkan, IHSG cenderung variasi dengan mencoba menguat tertahan. IHSG akan bergerak di kisaran 6.460-6.550.

"IHSG secara teknikal membentuk pola dengan konsolidasi positif. Indikator stochastic terkonsolidasi pada area dekat oversold dengan crossling line mengarah pada pergerakan positif," jelas dia, dalam ulasannya, Senin (12/2/2018).

Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan IHSG dapat menguat didorong kuatnya harga komoditas dan masih berlangsungnya rilis laporan keuangan emiten. William menambahkan, faktor fundamental Indonesia yang masih stabil juga menambah daya tarik bagi investor.

"IHSG akan bergerak di kisaran 6.413-6.602," kata William.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan lalu, IHSG melemah 39,11 poin atau 0,60 persen ke posisi 6.505,52. Sektor saham pertambangan memimpin pelemahan seiring harga komoditas tambang yang tertekan.

Investor asing melepas saham Rp 1,76 triliun. Selain itu, nilai tukar rupiah mencatatkan level terendah sejak tahun 2016. Ini juga membuat Bank Indonesia (BI) akan kembali memantau situasi global guna melakukan intervensi.

Untuk pilihan saham, William memilih saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Sedangkan Lanjar memilih saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Bakal Koreksi Selama Sepekan

Sedangkan Lanjar memilih saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Sedangkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal koreksi selama sepekan. Aksi jual investor menekan laju IHSG.

Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan,IHSG masih cenderung terkena koreksi seiring aksi jual investor. Ia menilai, posisi IHSG juga rentan koreksi karena berada di persimpangan sehingga akan mudah untuk kembali melemah.

"Diharapkan kondisi IHSG tidak terjadi aksi jual masif agar tidak melemah terlalu dalam. Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat menahan peluang kenaikan IHSG serta waspadai potensi pelemahan akibat aksi ambil untung," jelas dia.

Reza menuturkan, IHSG akan bergerak di level support 6.578-6.588 dan resistance di kisaran 6.655-6.695 pada pekan ini.

Sebelumnya, IHSG melemah 1,86 persen menjadi 6.505 pada pekan lalu. Kapitalisasi pasar saham turun 1,84 persen menjadi Rp 7.235,83 triliun. Rata-rata nilai transaksi perdagangan saham melemah 6,26 persen menjadi Rp 9,5 triliun.

Rata-rata volume transaksi harian meningkat 16,5 persen menjadi 14,61 miliar unit saham dari 12,54 miliar. Investor asing melakukan aksi jual Rp 5,3 triliun selama sepekan.

Selain itu, sejak dimulainya era swastanisasi Bursa Efek Indonesia pada 13 Juli 1992, pasar modal Indonesia alami pertumbuhan signifikan. Nilai kapitalisasi pasar saham BEI tumbuh 29.555 persen menjadi Rp 7.235,83 triliun dari Rp 24,4 triliun pada lebih dari 25 tahun lalu.

Nilai kapitalisasi pasar saham BEI juga melampaui aset perbankan per November 2017 yang sebesar Rp 7.222 triliun. Laju IHSG juga tercatat naik 2.272 persen sepanjang era swastanisasi BEI menjadi 6.505 pada akhir pekan lalu dari 13 Juli 1992 di posisi 274,24 poin.

Bahkan pertumbuhan IHSG melampaui bursa Thailand sebesar 104 persen, Malaysia 190 persen, Singapura 132 persen, Jepang 37 persen. Amerika Serikat (indeks Dow Jones) 692 persen serta Inggris 165 persen.

Obligasi juga alami pertumbuhan selaam lebih dari 25 tahun yang mencapai 315 persen menjadi Rp 2.487 triliun dari Rp 598,7 triliun pada 1992.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.