Sukses

Harga Minyak Stabil Usai Tertekan Selama Sepekan

Dolar melemah membantu harga minyak naik karena komoditas yang dihargakan dalam mata uang ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Liputan6.com, New York - Pasar minyak mentah mulai stabil meski tercatat bervariasi pada hari ini. Pemicunya ekuitas global yang mulai menutup beberapa kerugian dari penurunan satu minggu terbesar dalam dua tahun.

Melansir laman Reuters, Selasa (13/2/2018), harga minyak mentah berjangka Brent  tergelincir 20 sen atau 0,3 persen menjadi $ 62,59 per barel. Sementara minyak mentah AS naik 9 sen menjadi US$ 59,29 per barel, naik 0,2 persen.

"Pada hari ini, pasar mencoba mengangkat kepalanya. Itu terkait dengan kelemahan dolar," kata Gene McGillian, Direktur Riset Pasar Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

Dolar melemah membantu harga minyak naik karena komoditas yang dihargakan dalam mata uang ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga minyak mentah juga mendapat dorongan karena para pedagang yang telah melepas posisi long pada pekan lalu, tampaknya mendapatkan kembali beberapa pijakan panjang, menurut John Macaluso, Analis Tyche Capital Advisors.

Harga minyak mentah sempat naik pada awal perdagangan, kemudian melemah dipicu kekhawatiran bahwa lonjakan produksi AS akan melampaui penurunan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Produksi minyak mentah serpih AS diperkirakan meningkat pada Maret sebesar 111 ribu barel per hari dari bulan sebelumnya menjadi 6,76 juta barel per hari, kata Administrasi Informasi Energi AS melalui laporannya. 

EIA memperkirakan, produksi minyak mentah AS dapat meningkat menjadi 11 juta barel per hari pada akhir tahun.

Awal pekan ini, pasar cenderung didorong faktor teknis sebelum data persediaan fundamental dari Administrasi Informasi Energi A.S. dimulai pada akhir pekan ini, Macaluso mengatakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Anjlok 3 Persen

Harga minyak turun lebih dari 3 persen pada Penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta), dengan harga minyak AS turun di bawah US$ 60 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember karena kekhawatiran kenaikan pasokan.

Mengutip Reuters, Sabtu (10/2/2018), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 1,95 atau 3,2 persen menjadi US$ 59,20 per barel. Angka ini merupakan level terendah sejak 22 Desember.

Sedangkan harga minyak Brent futures turun US$ 2,02 per barel, atau 3,1 persen menjadi US$ 62,79 per barel, merupakan penutupan terendah sejak 13 Desember.

"Pelemahan harga minyak ini bukan karena satu faktor saja, tetapi karena beberapa alasan," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch & Associates.

Gejolak di pasar saham menjadi salah satu alasan yang membuat harga minyak tertekan dalam. Dalam perdagangan Jumat, S&P 500 sempat turun ke level terendah sejak 5 Oktober tetapi kemudian berhasil pulih.

Pemulihan Wall Street ini membantu harga minyak memantul dari posisi terendah.

Alasan lainnya adalah perusahaan jasa minyak Baker Hughes mengatakan bahwa total sumur pengeboran (rig) darat AS naik 26 sumur menjadi 791 sumur, tertinggi sejak Januari 2017.

Penambahan sumur pengeboran yang beroperasi ini karena harga minyak menguat hingga pertengahan Januari.

Investor khawatir dengan kenaikan produksi minyak mentah AS ini akan membanjiri upaya OPEC dan negara produsen lainnya untuk mengurangi pasokan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.