Sukses

Harga Emas Naik Imbas Data Inflasi AS

Investor kembali ke logam mulia terutama emas sebagai aset lindung nilai seiring inflasi menguat.

Liputan6.com, New York - Harga emas sentuh level tertinggi hampir tiga minggu usai rilis data inflasi yang menguat. Data inflasi tersebut membuat investor berbalik memegang logam mulia untuk lindung nilai.

Harga emas untuk pengiriman April menguat US$ 27,60 atau 2,1 persen ke posisi US$ 1.358 per ounce. Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) turun 0,6 persen. Harga emas dapat naik seiring dolar AS melemah karena dolar AS tergelincir dapat membuat pembelian aset tersebut menjadi lebih murah.

Imbal hasil obligasi atau surat utang AS bertenor 10 tahun melonjak 2,91 persen. Level itu tertinggi dalam empat tahun.

Meningkatnya imbal hasil obligasi secara teori dapat kurangi selera investor untuk logam mulia terutama emas. Akan tetapi, angka inflasi menguat memberi perlindungan untuk harga emas dalam jangka pendek karena sebagai lindung nilai.

Seperti diketahui, indeks harga konsumen melonjak 0,5 persen pada Januari. Angka ini terbesar dalam lima bulan. Indeks Harga Konsumen tetap di 2,1 persen.

"Laporan indeks harga konsumen memberikan kekhawatiran the Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih cepat. Kemungkinan empat kali kecil pada 2018," ujar Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco.com.

Tingkat inflasi inti naik mendekati 0,3 persen pada Januari. Inflasi selama 12 bulan juga tetap 1,8 persen. Namun upah AS disesuaikan dengan inflasi. The Federal Reserve atau bank sentral AS mengamati risiko inflasi yang didorong upah.

Jeffrey Nichols, Direktur American Precious Metals Advisors menuturkan, ada indikator lain dari ekonomi AS yang lebih kuat yaitu data ketenagakerjaan.

"Yang penting penguatan harga emas telah dikecewakan berkali-kali. Ketidakpastian pasar saham yang baru juga memprihatikan. Nanti pada akhirnya tertuju kepada ekspektasi kebijakan suku bunga the Federal Reserve dan kepercayaan yang berkembang," jelas dia.

Untuk harga logam lainnya yaitu harga perak naik 35 sen atau 2,1 persen ke posisi US$ 16.878 per ounce. Harga tembaga naik 7,35 sen atau 2,3 persen ke posisi US$ 3.236 per pound. Harga platinum menguat US$ 23,40 atau 2,4 persen ke posisi US$ 999,10 per ounce.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pelemahan Dolar AS Dongkrak Harga Emas pada Perdagangan Kemarin

Sebelumnya, harga emas naik pada perdagangan Selasa karena dolar AS tergelincir dan pelaku pasar mengantisipasi pelemahan data inflasi AS yang akan keluar. Data inflasi tersebut akan memberikan petunjuk mengenai arah suku bunga acuan Bank Sentral AS.

Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, membalikkan posisi kenaikan yang telah ditorehkan pada pekan lalu dimana mengalami kinerja terbaik sejak 2016.

Pelamahan dolar AS ini membantu harga emas kembali menguat dengan kenaikan hampir 2 persen dari level terendah dalam satu bulan terakhir.

Mengutip Reuters, Rabu 14 Februari 2018, harga emas di pasar spot naik 0,4 persen ke level US$ 1.327,52 per ounce pada pukul 01.34 waktu London. Sebelumnya harga emas sempat menyentuh level tertingi dalam satu pekan di US$ 1.330,89 per ounce.

Sementara untuk harga emas berjangka AS untuk pengiriman April ditutup naik US$ 4 atau 0,3 persen pada US$ 1.330,40 per ounce.

Pada pekan lalu sebenarnya harga emas sedikit terbantu pelemahan pasar saham dimana para pelaku pasar memburu aset-aset safe haven. Namun karena dolar AS juga merupakan aset safe haven maka kenaikan harga emas tak terlalu tinggi. Gerak emas selalu berkebalikan dengan dolar AS.

"Indeks dolar AS yang melemah benar-benar memberikan dukungan kepada harga emas pada hari ini, jelas analis senior RJO Futures, Phillip Streible.

Namun kenaikan harga emas ini diperkirakan akan teredam menjelang rilis data inflasi dari Amerika Serikat pada akhir pekan ini. Itu bisa berarti suku bunga AS naik lebih cepat dari perkiraan.

Kekhawatiran tentang inflasi di AS muncul setelah data pertumbuhan lapangan kerja dan kenaikan upah yang keluar bulan ini, meningkatkan harapan bahwa pasar tenaga kerja AS akan membaik pada tahun ini.

Adapun data inflasi untuk bulan Januari akan jatuh tempo pada hari Rabu dan Federal Reserve rencananya akan bertemu pada 20-21 Maret.

"Jadi cerita hari ini tentang kebijakan moneter AS dan dolar," kata Julius Baer, Analis Carsten Menke.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.