Sukses

Persediaan Turun, Harga Minyak Mentah AS Melonjak

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi dalam dua pekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Berbeda, harga minyak mentah Brent justru turun karena tekanan penguatan dolar AS.

Pendorong kenaikan harga minyak mentah AS karena penurunan persediaan di pusat penyimpanan utama. Selain itu, mendorong kenaikan harga minyak mentah lainnya adalah adanya harapan pelaku pasar bahwa produsen utama minyak dunia akan terus memperluas kerja sama pengendalian produksi.

Mengutip Reuters, Rabu (21/2/2018), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik 22 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 61,90 per barel. Harga minyak AS sempat reli ke level US$ 62,74 per barel di awal sesi, tertinggi sejak 7 Februari.

Sedangkan harga minyak mentah Brent ditutup turun sen atau 0,6 persen, ke level US$ 65,25 per barel setelah diperdagangkan antara US$ 64,78 per barel hingga US$ 65,81 per barel.

Kontrak berjangka minyak mentah AS yang paling aktif untuk pengiriman pada April naik 24 sen menjadi US$ 61,79 per barel.

Data dari perusahaan intelijen pasar Genscape menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, AS, yang merupakan titik utama pengiriman minyak mentah AS turun 2,1 juta barel dalam sepekan kemarin.

Para pedagangn melihat bahwa penurunan tersebut karena pada bulan November lalu adanya kebocoran di pipa Keystone TransCanada sehingga memerlukan waktu untuk perbaikan.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga disebabkann karena adanya harapan pelaku pasar bahwa pengendalian produksi negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara non-OPEC seperti Rusia terus berlanjut sampai di luar batas waktu yang telah ditentukan yaitu akhir 2018.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penguatan Dolar AS

Namun harga minyak Brent turun karena penguatan dolar AS yang mencapai level tertinggi dalam enam bulan sehingga membebani para pedagang yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS.

Analis komoditas Commerzbank AG di Frankfurt, Jerman, Carsten Fritsch, menjelaskan bahwa libur yang terjadi pada Senin kemarin di AS juga mendorong kenaikan harga minyak mentah AS.

Perbedaan harga antara kedua jenis minyak tersebut mendekati level terendah dalam enam bulan setelah melebar menjadi lebih dari US$ 7 pada Desember lalu.

"Dengan penyempitan harga ini membuat ekspor minyak mentah AS menjadi lebih menarik," jelas Rob Thummel, analis energi di Tortoise Capital, Kansas City, Missouri, AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.