Sukses

Neraca Perdagangan RI Defisit USD 0,12 Miliar di Februari

Defisit neraca perdagangan dipicu sektor migas yang defisit USD 0,87 miliar, walaupun neraca perdagangan sektor nonmigas surplus USD 0,75 miliar.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia defisit USD 0,12 miliar pada Februari 2018. Hal tersebut meneruskan tren defisit yang juga terjadi pada Januari 2018 yang sebesar USD 670 juta.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit ini dipicu defisit sektor migas USD 0,87 miliar, walaupun neraca perdagangan sektor nonmigas surplus USD 0,75 miliar.

 "Neraca perdagangan Februari 2018 kembali mengalami defisit, karena ekspornya adalah sebesar USD 14,1 miliar, impornya USD 14,2 miliar. Jadi mengalami defisit tipis," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
 
Dia menjelaskan, nilai ekspor Indonesia pada Februari 2018 mencapai US$ 14,1 miliar atau menurun 3,14 persen dibandingkan ekspor Januari 2018. Sementara dibandingkan ekspor nonmigas Februari 2017 naik 11,3 persen.
 
‎Semantara dari sisi impor pada Februari 2018 mencapai US$ 14,21 miliar atau turun 7,16 persen dibandingkan Januari 2018. Sebaliknya jika dibandingkan Februari 2017 meningkat 25,18 persen. 
 
"Ini perlu menjadikan perhatian karena selama tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan kita defisit sejak bulan Desember, Januari dan Februari," tandas dia.
 
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi

Neraca perdagangan Indonesia diprediksi mencetak defisit sebesar US$ 56 juta pada Februari 2018. Laju impor di bulan kedua diperkirakan lebih tinggi dibanding ekspor sebagai dampak peningkatan kegiatan manufaktur di dalam negeri. 

"Neraca perdagangan Februari 2018 diperkirakan defisit sebesar US$ 56 juta," kata Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede dalam ulasannya di Jakarta, Kamis (15/3/2018). 

Dia memproyeksikan, laju ekspor Februari ini tumbuh ‎11,9 persen (year on year/yoy). Namun, kinerja impor lebih tinggi dengan perkiraan tumbuh sekitar 24,8 persen (yoy). 

"Impor diperkirakan tumbuh hampir 25 persen (yoy) ditopang kenaikan aktivitas manufaktur domestik yang akan mendorong impor bahan baku dan barang modal," kata dia.

Sementara untuk ekspor, Josua, mengatakan ditopang kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan karet alam sepanjang bulan kedua ini. 

"Volume ekspor juga meningkat terindikasi dari kenaikan aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok dan ASEAN, meski aktivitas manufaktur Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang cenderung menurun tipis," kata Josua.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.