Sukses

Tersandung Skandal Privasi, Saham Facebook Kian Terpuruk

Penurunan nilai saham Facebook sejauh ini telah membuat Facebook kehilangan valuasi USD 49,4 miliar atau Rp 679 triliun.

Liputan6.com, New York - Saham dari perusahaan media sosial Facebook kembali merosot hampir tiga persen saat penutupan perdagangan Selasa waktu setempat. Hal ini karena perusahaan pimpinan Mark Zuckerberg itu masih tersangkut masalah skandal privasi pengguna yang melibatkan firma analisa data Cambridge Analytica.

Dilaporkan CNNMoney, Rabu (21/3/2018), penurunan nilai saham Facebook sejauh ini telah membuat perusahaan tersebut kehilangan valuasi USD 49,4 miliar atau Rp 679,92 triliun (asumsi kurs Rp 13.763 per dolar Amerika Serikat).

Citra Facebook di mata investor menurun setelah Cambridge Analytica mengaku mendapat akses ke 50 juta pengguna Facebook untuk mempengaruhi suara dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016.

Menurunnya nilai saham Facebook juga turut berpengaruh pada saham perusahaan teknologi dan media sosial lain. Saham twitter dilaporkan merosot 10 persen sementara perusahaan induk Snapchat, Snap Inc. kehilangan tiga persen.

Anggota parlemen di Amerika Serikat dan Inggris memanggil CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg unuk memberikan kesaksiannya akan hal ini. Mereka juga ingin mengetahui apa yang Facebook sudah lakukan untuk menjaga kerahasiaan data penggunanya.

Mark Zuckerberg memiliki 400 juta saham Facebook. Sejak kasus ini mencuat, suami dari Priscilla Chan itu sudah kehilangan USD 6,8 miliar atau sekitar Rp 93,5 triliun.

Meski demikian, Zuckerberg masih memiliki saham yang bernilai USD 70 miliar. Ia juga masih bisa mempertahankan posisinya di perusahaan karena memiliki kontrol terhadap mayoritas pemegang saham di perusahaan itu.

Analis Morgan Stanley Brian Nowak mengatakan, pihak Facebook harus segera mencari solusi akan hal ini. Jika tidak, bukan tidak mungkin banyak pengguna yang bakal semakin takut untuk menggunakan Facebook dan akhirnya berimbas pada penurunan pemasukan iklan di situs tersebut. Model bisnis Facebook pun bisa dalam bahaya.

"Jumlah pengguna dan iklan yang menurun sangat beresiko pada kondisi saham Facebook," kata Brian Nowak.

Facebook masih menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di Amerika Serikat. Perusahaan yang didirikan pada 2004 ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD 488 miliar atau sekitar Rp 6,714 triliun.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kapitalisasi Pasar Saham Facebook Anjlok Rp 509 Triliun pada Awal Pekan

Sebelumnya, saham Facebook tertekan pada awal pekan ini. Tekanan terhadap saham Facebook mendorong kapitalisasi pasar saham anjlok US$ 37 miliar atau sekitar Rp 509,18 triliun (asumsi kurs Rp 13.761 per dolar Amerika Serikat).

Saham Facebook merosot hampir tujuh persen. Harga saham Facebook ditutup jadi USD 172,56. Saham Facebook tersungkur usai perusahaan analisis data, Cambridge Analytica (CA) dilaporkan terlibat skandal besar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook. Demikian mengutip laman CNN Money, Selasa 20 Maret 2018.

Perusahaan yang pernah bekerja dengan tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dituding menggunakan jutaan data untuk membuat sebuah program software yang hebat sehingga bisa prediksi dan pengaruhi pemilihan suara.

Saham Facebook alami penurunan terbesar dalam empat tahun terkait ada sentimen tersebut. Namun, saham Facebook turun tajam tak membuat Facebook hilang nilai sebagai perusahaan berharga. Facebook masih tetap perusahaan paling berharga di Amerika Serikat (AS).

Kapitalisasi pasar saham Facebook masih sekitar USD 500 miliar. Angka ini di bawah Apple, induk usaha Google yaitu Alphabet, Amazon, Microsoft, dan Berkshire Hathaway.

Mark Zuckerberg memegang 400 juta saham Facebook. Harga saham Facebook tersungkur membuat kekayaan Zuckerberg turun sekitar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 68,80 triliun pada Senin waktu setempat. Zuckerberg pun masih memiliki saham Facebook senilai USD 70 miliar.

Ia masih tercatat sebagai orang terkaya di dunia yang berada di posisi keenam. Saham Facebook yang tertekan ini membuat sejumlah pengamat menilai agar Facebook diatur. Beberapa pengguna pun menyatakan akan menghentikan penggunaan facebook. Para pengguna juga mempertanyakan bagaimana Facebook dapat memulihkan kepercayaan public terhadap privasi dan perlindungan data.

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.