Sukses

6 Perusahaan Kompak Edukasi Manfaat Teknologi Blockchain di RI

ABI akan terus mensosialisasikan teknologi blockchain ke masyarakat dan pelaku usaha di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umun Sementara Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), Oscar Dermawan mengatakan, kehadiran teknologi blockchain memiliki potensi yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia. Pihaknya akan terus mensosialisasikan masyarakat dan pelaku usaha terkait teknologi blockchain dan revolusi industri 4.0, sehingga didapatkan pemahaman dan pemanfaatan yang optimal pada teknologi tersebut. 

Secara definisi, blockchain adalah besaran digital yang terdesentralisasi, meliputi transaksi-transaksi, dan bekerja dengan data yang diatur melalui serangkaian catatan yang disebut blok. Sistem blockchain juga diklaim memiliki proteksi yang tinggi.

"Kami menyadari Indonesia masih banyak kesalahpahaman di bidang blockchain. Memberikan edukasi lebih baik sebagai mitra kerja sama pemerintah dan swasta dengan tujuan teknologi ini berkembang. Sehingga teknologi ini dapat menyetarakan dengan lainnya," kata Oscar saat Konferensi Pers Peluncuran ABI, di Blockchain Space, Wisma Barito Pasific, Jakarta Barat, Rabu, (21/3).

Oscar menjelaskan, ABI didirikan oleh enam perusahaan blockchain terpercaya di Indonesia. Perusahaan tersebut yakni, Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, INODAX, Indonesia Blockchain Network, Luno, dan Pundi X.

Keterlibatan keenam anggota perusahaan tersebut, lanjutnya telah memiliki visi yang sama, yakni bertujuan untuk mempermudah akselerasi adopsi teknologi blockchain dalam era industri 4.0, melalui integrasi, kalaborasi dan pertukaran pengetahuan.

"Sebagai founder, kami memiliki visi yang sama untuk mengembangkan teknologi dan ekosistemnya di Indonesia. Melalui ini kami mengajak menggambil momentum agar mendapatkan manfaat yang maksimal. Indonesia masih banyak perusahaan blockchain mulai aktif di bidang ini," ujar Oscar.

Dia menambahkan, sebagai mitra pemerintah, pendirian ABI juga bertujuan untuk menghimpun pelaku industri agar menjadi mitra pemerintah yang berkemampuan dalam merumuskan kebijakan. Kebijakan tersebut, diperlukan untuk kemajuan ekosistem teknologi blockchain.

"Untuk itu, Asosiasi Blockchain Indonesia berkomitmen untuk menjalin kerja sama erat dengan seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Tapi tidak terbatas kepada Kementerian Perindustrian, Kementerjan Perdagangan, Badan Ekonomi Kreatif, BI, OJK, PPATK, dan Asosiasi Fintech Indonesia," tandas Oscar. 

 

Reporter : Dwi Aditya Putra

Sumber : Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengintip Dampak Blockhain, Teknologi Dibalik Mata Uang Digital

PT Computrade Technologi Internasional (CTI Group) menyatakan, adopsi blockhain ternyata lebih dari sebatas bitcoin dan cryptocurrency atau mata uang digital lainnya. Teknologi blockhain akan mengubah tatanan 19 industri di dunia. 

Secara definisi, blockchain adalah besaran digital yang terdesentralisasi, meliputi transaksi-transaksi, dan bekerja dengan data yang diatur melalui serangkaian catatan yang disebut blok. Sistem blockchainjuga diklaim memiliki proteksi yang tinggi.

"Teknologi blockhain memang mulai mencuat ke publik berkat Bitcoin. Banyak orang kemudian mempersepsikan, dua hal tersebut sama. Padahal sebenarnya potensi yang dihasilkan dari blockhainjauh lebih luas dari sekedar mata uang digital," jelas Direktur CTI Group, Rachmat Gunawandi Jakarta, pada 7 Maret 2018. 

Mengutip pernyataan para pakar teknologi, dia memprediksi blockhain akan mendisrupsi 19 industri. Sektor keuangan misalnya, di mana teknologi itu bisa menghilangkan fungsi perantara dalam proses transaksi antara dua belah pihak.

Selain itu, Rachmat menjelaskan, blockhain juga dapat berdampak pada sektor kesehatan untuk membantu proses diagnosis pasien yang lebih cepat dan akurat.

Menurut data dari lembaga riset Gartner, nilai bisnis yang akan diciptakan oleh adopsi blockhain secara global akan meningkat menjadi US$ 176 miliar pada 2025, dan akan melonjak menjadi US$ 3,1 triliun pada 2030.

Mayoritas inisiatif terkait blockhain berada di sektor jasa keuangan, termasuk perbankan. Diikuti oleh pemerintahan, energi dan supply chain. Gartner juga memprediksi, industri perbankan akan mendapatkan nilai bisnis sebesar US$ 1 miliar dari adopsi blockhain hingga akhir 2020, khususnya dari penggunaan mata uang digital.

Lebih lanjut Rachmat menambahkan, untuk dapat sukses mengadopsi blockhain, perusahaan perlu melakukan beragam pendekatan yang memerhatikan beberapa aspek seperti proses bisnis, teknologi, operasional, skill, budaya perusahaan, hingga kematangan digital perusahaan itu.

"Selain itu, bisnis juga perlu mempertimbangkan tantangan yang mungkin hadir dari adopsi blockhain, seperti kesulitan memilih platform yang keandalannya belum teruji. Blockhain kan market, ketersediaan skill, manajemen data, dan keamanannya masih terbilang baru," pungkas Rachmat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.