Sukses

Kebijakan Ini Bakal Bikin Industri RI Ungguli Thailand

Kementerian Perindustrian masih terus membahas masalah insentif pajak ini dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah masih menggodok kebijakan soal insentif pajak bagi industri yang mengembangkan pendidikan vokasi dan inovasi. Insentif yang disebut sebagai super deductable tax ini dinilai akan membuat industri Indonesia unggul dibandingkan Thailand.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya masih terus membahas masalah insentif pajak ini dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Untuk industri yang terapkan pendidikan vokasi, akan diberikan pengurangan pajak sebesar 200 persen. Sementara untuk industri yang melakukan inovasi rencananya akan diberikan potongan hingga 300 persen.

‎"Super deductable tax seperti yang sudah kami sampaikan kalau vokasi itu 200 persen, kemudian inovasi masih ada pembicaraan dengan kementerian keuangan apakah permintaan 300 persen diberikan atau disamakan dengan vokasi. Jadi ini sedang dalam pembahasan," ujar dia di Jakarta, Jumat (23/3/2018).

Jika bisa menerapkan insentif ini, kata Airlangga, Indonesia akan menyamai Thailand dalam pemberian insentif bagi industri.‎ "Kalau 200 persen untuk vokasi dan 300 persen untuk inovasi itu sama dengan Thailand. Kalau kita bisa memberikan tax holiday di awal, itu juga sama dengan Thailand," kata dia.

Namun jika kebijakan ini telah diterapkan, Airlangga meyakini pertumbuhan industri Indonesia akan mampu mengungguli Thailand. Sebab, Indonesia memiliki faktor lain yang bisa menarik investor masuk, yaitu pasar yang besar.

"Jadi dengan kebijakan yang nanti dikeluarkan, kita sudah tidak ada perbedaan. Tapi point plus-nya kita punya domestik market, kita punya labour yang kompetitif dan kita juga punya value chain," kata dia.

Menurut Airlangga, saat ini sejumlah investor tengah menunggu kebijakan ini diluncurkan. Dengan kebijakan tersebut diharapkan mempercepat masuknya investasi tersebut.

"Kalau industri baja kita punya beberapa cluster, termasuk di Cilegon. Petrokimia juga punya beberapa cluster termasuk di Cilegon dan Gresik. Kita juga punya cluster kelapa sawit di Sumatera, di Kalimantan. Cluster logam kita juga punya di Sulawesi Tengah, dan kita sedang mendorong industri petrokimia berbasis gas di Bintuni, berbasis gasifikai di Tanjung Api Api. Nah ini dalam perencanaan desain awal. Dengan adanya paket diharapkan akan mempercepat proses yang ada," tandas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

RI Bakal Jadi Pemain Besar di Era Revolusi Industri ke-4

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini Indonesia akan menjadi pemain besar di era revolusi industri ke-4 (Industry 4.0). Hal ini salah satu karena Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bertalenta dan pasar besar.

Airlangga Hartarto mengungkapkan, salah satu syarat sebuah negara menjadi pemain besar di sektor industri yaitu memiliki pasar yang besar. Dengan demikian, investor akan masuk untuk membangun pabriknya di negara tersebut dan menjadikannya sebagai basis produksi.

"Yang bisa jadi pemain itu yang punya domestic market. Tadi saya sampaikan bahwa e-commerce yang masuk dalam revolusi industri keempat, digital ekonomi, empat dari tujuh perusahaan besar di ASEAN itu dari Indonesia. Dan bisa lima. Dan yang keenam perusahaan Malaysia. Tetapi dia bisa menjadi besar karena market Indonesia," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Selain itu, kata dia, bonus demografi, membuat Indonesia memiliki banyak SDM yang potensial untuk menggarap sektor industri.

‎"Kita juga punya banyak talenta. Kita punya banyak anak muda dan yang namanya digital ekonomi, itu dalam tanda petik labour intensive dengan skill yang berbeda. Karena harus ada call center. Karena meski semua digital, tapi untuk mengelola customer, berapa juta dari transaksi, itu tetap perlu call center," jelas dia.

Oleh sebab itu, kata Airlangga, masuknya era revolusi industri ke-4 ini tidak perlu menjadi sebuah kekhawatiran. Hal ini justru harus dilihat sebagai peluang guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Tidak perlu khawatir, ini create new opportunity. Seperti adanya, Grab dan Gojek meng-create job, bukan mengeliminasi job. Dan kalau bicara industri, Industry 3.0 itu sudah pakai robot, sehingga saat orang mendesain itu, tak perlu khawatir," ujar dia.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.