Sukses

Solar Disedot Mobil Tambang, Ribuan Truk Terancam Ditarik Leasing

Ada sebanyak 16 ton jatah BBM Solar di Kota Kendari setiap hari.

Liputan6.com, Kendari - Sekitar 1.300 unit lebih mobil truk pribadi yang dioperasikan sebagai alat pengangkut barang terancam gulung tikar di Kota Kendari. Pasalnya, sejak tiga minggu terjadi kelangkaan bahan bakar Solar di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umim (SPBU) di Kota Kendari.

Tercatat, ada sekitar 600 unit mobil truk yang tergabung dalam salah satu organisasi angkutan, sudah berhenti beroperasi beberapa hari karena kelangkaan bahan bakar jenis Solar. Setiap hari mengantri sejak pukul 07.00 WITA, mobil sebanyak ini baru bisa mendapatkan BBM pada pukul 13.00 WITA pada hari yang sama.

Belum terhitung ratusan truk lainnya yang beroperasi dengan nama pribadi. Truk sebanyak ini, setiap bekerja sebagai pengangkut tanah timbunan bangunan, material bangunan dan perabotan.

Sementara, ribuan pemilik truk rata-rata membeli truk dengan mencicil, karena tak mampu membayar tunai. Sedangkan untuk membayar biaya cicilan, ribuan sopir truk ini mengandalkan kelancaran orderan warga.

"Bagaimana kami mau menerima orderan warga, sementara bahan bakar susah sekali kami dapatkan," ujar Haerun, Kepala Persatuan Sopir Dump Truk Kendari, seperti ditulis Sabtu (24/3/2018).

Keluhan ini, sempat dibawa ke DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, Kamis lalu. Sukarman, salah satu anggota DPRD mengatakan baru mengetahui kelangkaan Solar ini.

"Kita memang sering lihat ada antrian, tapi ternyata penyebabnya karena kelangkaan Solar. Kami akan tindak lanjuti ini dengan melapor ke pihak Pertamina wilayah Sulawesi Tenggara," ujar Sukarman.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tambang Penyebab Utama

Pihak Pertamina wilayah operasi Sulawesi Tenggara, sudah mengeluarkan pernyataan terkait kelangkaan Solar. Pertamina mengamati, Bakar Minyak (BBM) jenis Solar yang didistribusikan di wilayah Kota Kendari, ternyata banyak yang tidak terealisasi sesuai peruntukannya.

Penyebabnya, kendaraan angkutan industri jenis truk, menjadi pemakai terbesar solar bersubsidi. Padahal, Solar bersubsidi hanya ditujukan bagi kendaraan pribadi non perusahaan industri.

"Pada kenyataannya, setiap hari kendaraan industri ikut-ikutan mengantri Solar di Pertamina, padahal kan mereka harusnya mengisi solar non subsidi," ujar Manager Communication and CSR MOR Regional VII Sulawesi, Robby.

Dijelaskan Robby, angkutan tambang yang beroperasi di wilayah Morosi Kabupaten Konawe, setiap harinya melakukan pekerjaan pengangkutan barang dan material di wilayah itu. Namun, untuk mengisi BBM jenis solar, mereka menggunakan jasa pada sejumlah SPBU di Kota Kendari.

"Sehingga, sopir angkutan pribadi yang seharusnya mendapatkan jatah subsidi, tidak bisa terealisasi," ujar Robby.

Dari informasi yang beredar, ada sebanyak 16 ton jatah BBM Solar di Kota Kendari setiap hari. Namun, jumlah ini nampaknya masih dirasakan kurang oleh sopir angkutan jenis truk pribadi yang harus berlomba dengan sopir truk tambang di Setiap SPBU Kota Kendari.

"Kami tidak pernah mengurangi jatah, namun ada perbedaan siginifikan jumlah konsumsi solar antara Januari-Maret 2017 dan Januari-Maret 2018, peningkatannya mencapai 28 persen," jelas Robby.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Curhat Pemilik Truk Pribadi

Irfandi (32) salah satu pemilik truk angkutan pribadi mengatakan, dirinya bersama puluhan rekannya mencicil truk dari perusahaan leasing di Kota Kendari. Truk jenis dump (bak otomatis) dibayar perbulan dengan nilai kurang lebih Rp 4 juta.

Dengan kelangkaan Solar, beberapa rekannya sudah terlambat membayar cicilan. Hal ini menjadi ketakutan sejumlah sopir, sebab tinggal menunggu hari truk kesayangan mereka akan ditarik pihak leasing.

"Sehari-harinya, kami berkejaran dengan orderan mulai dari jasa pengangkutan barang hingga ikut dalam proyek proyek pemerintah," ujar Irfandi.

Untuk sekali angkutan barang dalam Kota Kendari, Irfandi mematok angka Rp 200 ribu sekali jalan. Dalam sehari, Irfandi bisa mengantar 5-10 kali dengan menggunakan truk cicilannya.

"Contoh, untuk mengangkut tanah timbunan, kami bisa sampai beberapa kali. Kalau rajin, dalam dua Minggu atau lebih, biaya cicilan bisa kami dapat, sisanya untuk diri sendiri dan keluarga," kata Irfandi.

Di lain pihak, Irfandi mengeluhkan kelangkaan Solar yang berpengaruh dengan jumlah orderan yang diterimanya. Sebab sejak pagi dirinya harus mengantri Solar, sementara orderan warga yang ingin menggunakan jasa truk miliknya paling banyak dilakukan pada pagi hari.

"Kami mohonlah, pemerintah membantu kami, pihak Pertamina juga membantu kami. Darimana kami dan keluarga bisa makan? Ini mata pencaharian kami satu-satunya," ujar Irfandi.

Selain Irfandi bersama puluhan rekannya, ratusan sopir juga merupakan pemilik pribadi dari truk pengangkut yang tersebar di sejumlah wilayah Kota Kendari. Saat melakukan protes di DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, ratusan truk sempat membuat macet beberapa titik jalan di Kota Kendari.

Reporter: Ahmad Akbar Fua

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.