Sukses

10 Skandal Perbankan Terbesar di 2012

Tidak lengkap rasanya menyambut tahun baru tanpa mengulas skandal keuangan dan para tersangkanya yang sukses menimbulkan kerugian miliaran dolar AS. Ini 10 skandal perbankan terbesar sepanjang 2012.

Tidak lengkap rasanya menyambut tahun baru tanpa mengulas skandal keuangan tingkat tinggi yang terjadi pada tahun lalu.  Masalah-masalah keuangan dan tersangka-tersangkanya ini sukses menimbulkan kerugian miliaran dolar Amerika Serikat (AS).

Bahkan kasus ini melibatkan sebuah bank raksasa yang dirasa mustahil untuk bangkrut, sebuah perusahaan broker saham kecil di Iowa, dan sebuah acuan suku bunga yang membosankan yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian dari sebuah investigasi global.

Berikut 10 skandal perbankan terbesar di 2012 seperti dikutip dari Forbes, Selasa (1/1/2013):

1. JP Morgan Chase

Inilah barangkali yang paling pantas dinobatkan sebagai skandal terbesar tahun 2012, dan pernah diyakini sebagai Bank terbesar dan teraman di AS. Pada Mei 2012, sang CEO Jemie Dimon mengumumkan bahwa banknya menderita kerugian luar biasa yang sebelumnya dilaporkan sebesar US$ 2 miliar, namun tak lama kemudian US$ 2 miliar tersebut dilaporkan menjadi US$ 5,8 milliar.

2. Manipulasi Libor Barclays

Skandal manipulasi London Interbank Offered Rate (Libor) adalah skandal dengan dampak terluas tahun 2012 dengan menghantam lusinan bank di penjuru AS dan Eropa. Pada 2012, Barclay adalah bank pertama yang membayar denda atas tuduhan memanipulasi Libor. Barclays membayar lebih dari US$ 450 juta dan CEO Bob Diamond kehilangan pekerjaannya karena masalah ini setelah ia kehilangan kepercayaan dari para regulator.

3. Tuduhan Libor UBS

UBS baru saja mendapat pelajaran keras ketika mereka membayarkan denda US$ 1,5 miliar atas tuduhan Libor. Bank Swiss ini mengakui kesalahannya dan beberapa mantan pialangnya ditangkap di Eropa sebagai bagian dari investigasi.

Sanksi untuk UBS ini merupakan pertanda buruk bagi bank-bank lain yang masih dalam proses investigasi. Kenapa? Tuduhan yang dialamatkan kepada UBS menunjukkan bank tidak hanya memanipulasi level Libor untuk membuat mereka terlihat sehat bagi pihak luar, tetapi juga diyakini sering dimanfaatkan untuk mendatangkan uang dengan cara berkolusi dengan bank lain. Dari sudut pandang regulator hal ini jauh lebih buruk dibanding sekedar berbohong agar terlihat sehat.

4. Pencucian uang HSBC

Jumlah denda UBS hanya kalah oleh denda yang harus dibayar HSBC. Bank Inggris ini memecahkan rekor denda sebesar US$ 1,9 miliar kepada regulator Inggris dan Amerika atas tuduhan pencucian uang. Lebih jelasnya, HSBC didenda atas kelonggaran kebijakan pencucian uangnya yang mengijinkan miliaran dolar AS dari uang perdagangan narkoba Meksiko dan uang kegiatan terorisme Iran ditransfer ke dalam sistem keuangan AS.

5. Transaksi ilegal Standard Chartered

Tidak hanya pencucian uang saja yang didenda. Standard Chartered, sebuah bank Inggris, membayar US$ 327 juta kepada regulator AS pada bulan Desember karena diduga melakukan transaksi ilegal dengan Iran, Sudan, Libya, dan Burma. Negara-negara tersebut adalah negara penerima sanksi AS.

Bank Sentral dan Departemen Kehakiman AS mengatakan bahwa Standard Chartered memindahkan jutaan dolar AS sepanjang antara 2001 dan 2007 secara ilegal ke dalam sistem keuangan AS, dan lebih dari separuhnya adalah entitas Iran, Sudan, Libya, dan Burma.

6. Kecurangan pialang UBS

Ternyata UBS belum habis dibicarakan di daftar ini. Akhir tahun lalu UBS mengungkapkan bahwa pialangnya melakukan kecurangan dan merugikan bank lebih dari US$ 2 miliar.

Menurut dokumen spekulasi yang dilakukan oleh  Kweku Adoboli berpotensi merugikan bank sebesar US$ 12 miliar sementara banknya hanya menoleransi risiko US$ 100 juta dalam sehari dan US$ 50 juta semalam.

Ia divonis bersalah atas dua tuduhan penipuan pada bulan November setelah menjalani masa hukuman percobaan 10 minggu.

7. Perusahaan broker saham kecil di Iowa

Tidak semua skandal melibatkan miliaran dolar AS. Sebuah perusahaan broker saham berjangka di Iowa bangkrut setelah sang CEO dituduh terlibat dalam penipuan yang mengakibatkan kerugian lebih dari US$ 215 juta uang kliennya.

CEO Russell Wasendorf Sr. didakwa oleh jaksa federal yang menyatakan ia menyerahkan laporan palsu atas saham berjangka AS-nya dan perusahaan broker valuta asingnya.

Wasendorf diputuskan tidak bersalah meskipun pada bulan sebelumnya dalam sebuah catatan bunuh dirinya ia mngakui telah menggunakan statemen bank palsu untuk menggelapkan jutaan dolar dari klien.

8. Knight Capital Group

Sebuah perusahaan broker lain yang lebih besar menghadapi jenis masalah yang berbeda. Sang market-maker, Knight Capital Group musim panas ini menderita kerugian US$ 440 juta setelah mengalami masalah dengan sistem transaksinya yang mengakibatkan pembelian sekuritas yang tidak diinginkan.

Kerugian ini terpaksa ditanggung oleh investor luar di antaranya adalah TD Ameritrade, Blackstone, dan Jefferies. Akhirnya perusahaan ini dijual kepada salah satu investornya, Getco.

Saham Knight sempat diperdagangkan di kisaran US$ 10 sebelum akhirnya perdagangannya beranjak menjadi kekacauan yang berujung pada penetapan harga US$ 3,75 per saham.

9. Insider trading oleh mantan petinggi Goldman Sachs

Insider trading sudah menjadi fokus besar para regulator tahun lalu. Tuntutan kepada mantan raksasa hedge fund (investor besar) atas keuntungan ilegal yang ia buat dari laporan internal ilegal.

Tuduhan itu juga menyoroti salah satu informannya, Rajat Gupta, mantan direktur Goldman Sachs, yang didenda US$ 5 juta dan dipenjara selama dua tahun karena berbagi informasi rahasia dengan Rajaratnam.

Salah satu informasi rahasia tersebut adalah investasi sebesar US$ 5 juta dari Warren Buffet yang akan ditanamkan kepada Goldman Sachs di tengah krisis keuangan 2008.

10. Steven Cohen dan SAC Capital

Jaksa penuntut telah memeriksa manager hedge fund Steven Cohen dan perusahaannya, SAC Capital, selama beberapa waktu. Saat ini tampaknya mereka sudah semakin dekat dalam upaya untuk menjatuhkan Cohen.

Seorang mantan manajer portofolio afiliasi SAC Capital Advisor bulan ini didakwa atas tuduhan menjual informasi internal secara ilegal. Matthew Martoma bekerja di sebuah unit di SAC, dan menurut dokumen, informasi yang ia jual tampaknya dipakai oleh Cohen, walaupun ia tidak disebutkan dalam semua dokumen penuntutan jaksa.

Ini bukan menjadi terakhir kalinya kita mendengar Cohen, SAC, dan regulator. Awal 2013 menjadi ujung dari skandal ini dan skandal keuangan ini berpotensi meluas lagi. (LUK/NDW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini