Sukses

Kisah Kegagalan Redenominasi Tiga Negara

Niat pemerintah menyederhanakan nilai nominal atau redenominasi rupiah perlahan-lahan mulai disiapkan. Hari ini sosialisasi program besar pemerintah dan Bank Indonesia (BI) itu kepada masyarakat ini mulai dilakukan.

Menteri Keuangan, Agus Martowardojo dan Gubernur BI Darmin Nasution dalam Kick Off Konsultasi Publik Perubahan Harga Rupiah Redenominasi di Jakarta, Rabu (23/1/2013), menekankan pentingnya Indonesia mengubah nominal nilai rupiah.

Nominal yang berlaku saat ini dianggap tak mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia yang sudah semakin membaik.

Namun diakui, Menteri Keuangan, Indonesia juga harus belajar pada pengalaman sejumlah negara yang terbukti gagal merealisasikan niat penyederhanaan tersebut.

Dikutip dari rubrik kebijakan Sekretariat Negara, keberhasilan pelaksanaan redenominasi yang dilalui Turki, Rumania, Ukraina, dan Polandia ternyata tak mudah diraih oleh negara-negara yang mencoba melakukan hal yang sama. Negara seperti Rusia, Argentina, Zimbabwe, Korea Utara, dan Brasil dianggap gagal melaksanakan program besar ini.

Khusus dalam kasus Brasil, kegagalan redenominasi yang pernah dibuat pemerintah Negeri Samba ini, berhasil dilalui ketika langkah yang sama dilakukan pada 1994.

Kegagalan negara-negara tadi umumnya dikarenakan pemberlakuan redenominasi pada saat yang tidak tepat. Kondisi yang dimaksud adalah perekonomian tidak stabil dengan tingkat inflasi yang tinggi.

Di Rusia, masyarakat bahkan menganggap redenominasi sebagai instrumen tak langsung pemerintah untuk merampok kekayaan rakyat.

Faktor berbeda dialami Korea Utara pada akhir tahun 2009 saat meredenominasi 100 won menjadi 1 won. Kala itu warga tak bisa menggantikan uang lama won ke uang baru karena stok uang baru tidak tersedia.

Kasus lebih pelik dialami pemerintah Brasil. Upaya mengubah nomimal sekaligus mata uang dari cruzeiro menjadi cruzado pada 1986-1989 gagal terealisasi karena nilai tukar terdepresiasi tajam terhadap dolar AS. Kegagalan ini terjadi karena pemerintah tidak mampu mengelola inflasi yang kala itu mencapai 500% per tahun.

Rendahnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah juga menjadi pangkal masalah kegagalan redenominasi pada tahun 1986 mengingat negeri itu masih dilanda konflik politik dan instabilitas pemerintahan yang mengikis kepastian berusaha. (Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini