Sukses

Defisit Perdagangan RI 2012 Tertinggi dalam 51 Tahun

Defisit perdagangan pada 2012 merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia, paling tidak sejak 1961. Upaya menekan defisit hanya bisa dilakukan dengan menekan impor BBM bersubsidi.

Defisit perdagangan pada 2012 merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia, paling tidak sampai 1961. Tingginya tingkat impor sektor Migas untuk memenuhi konsumsi  bahan bakat minyak (BBM) bersubsidi memicu defisit tersebut.

"Kalau defisit itu terus menerus berjalan, maka defisit Migas kita akan bertambah tinggi. Namun, apakah yang akan terjadi nantinya, jika penyesuaian harga BBM bersubsidi untuk mengerem laju konsumsi BBM yang akan berujung pada defisit," ujar Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar di Jakarta, Rabu (6/2/2013).

Mahendra mengatakan, upaya untuk mengurangi defisit perdagangan harud dilakukan dengan menekan konsumsi BBM bersubsidi pada 2013. Pemerintah juga harus mendukung kebijakan pemerintah daerah (pemda) yang mendukung kebijakan pengurangan konsumsi BBM.

"Pemerintah pusat harus mendukung kebijakan Pemda dalam mengeluarkan pro pengurangan konsumsi BBM, seperti pengembangan moda transportasi massal," kata Mahendra.

Dia melanjutkan, tak ada cara lain untuk menahan laju defisit perdagangan nasional selain menjaga subsidi BBM dalm posisi terkendali. Untuk itu, pemerintah bertanggung jawab untuk terus menjaga besaran nilai subsidi.

"Harus menjaga dan mengendalikan tingkat volumenya dan juga efektifitasnya pun harus dijaga," paparnya.

Sebelumnya,  kinerja perdagangan Indonesia tahun lalu mencatat angka impor sebesar US$ 191,67 miliar dan ekspor US$ 190,04 miliar. Dari angka itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$1,63 miliar.

Sektor Migas menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan Indonesia dengan nilai mencapai US$5,59 miliar. Beruntung penurunan masih dapat ditekan dengan perdagangan non Migas yang mengalami surplus US$ 3,96 miliar. (Dis/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini