Sukses

Tak Temukan Migas, Kontraktor Asing Kehilangan Rp 18 Triliun

Kontraktor minyak dan gas (migas) asing telah kehilangan investasi sekitar US$ 1,8 miliar atau setara Rp 18 triliun dari kegiatan pengeboran dalam tiga tahun terakhir.

Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) Rudi Rubiandini mengatakan kontraktor migas asing telah kehilangan investasi sekitar US$ 1,8 miliar atau Rp 18 triliun dari kegiatan pengeboran dalam tiga tahun terakhir.

"Dalam aktivitas eksplorasi, modal sebesar US$ 1,8 miliar atau setara dengan Rp 18 triliun dari investor asing hangus sejak tiga tahun terakhir dan itu tidak diganti sepeser pun oleh negara," jelasnya di Jakarta, Rabu (27/2/2013).

Selain menanggung risiko besar, para kontraktor migas asal luar negeri wajib menyetor pendapatan 15% dari minyak dan gas sebesar 30%.

"Kontraktor tersebut harus menyumbang 85% kepada negara dari total pendapatan kontraktor tersebut. Sementara untuk perseroan sendiri 15%. Ini karena kami menganggap kontraktor asing migas merupakan tukang cangkul di 'sawah' Indonesia," tegasnya.

Lebih jauh dia mengatakan, para kontraktor itu juga mesti sharing pendapatan ke daerah sebesar 10%, khususnya wilayah Aceh dan Papua yang mendapatkan pendapatan migas sebesar 70%.

"Dengan pendapatan sebesar 85% lari ke negara, menempatkan Indonesia di urutan kedua setelah Malaysia dengan penerimaan terbesar dari migas. Padahal rata-rata penerimaan negara di dunia sekitar 63%, itu berarti Indonesia sudah cukup ketat dalam hal minta bagian negara," urai Rudi.

Senada dengan Rudi, pengamat energi Darmawan Prasodjo mengaku investasi kontraktor asing yang hilang saat kegiatan eksplorasi, menunjukkan risiko besar yang harus dihadapi kontraktor migas.

"Karena nilai potensi kehilangan sangat besar, hanya investor asing yang berani karena modalnya kuat. Sedangkan kontraktor lokal lemah di bagian itu," tuturnya.

Dengan begitu, Darmawan menghimbau perlu adanya strategi baru yang dapat menguntungkan Indonesia tanpa harus menanggung risiko besar.

"Kalau eksplorasi risikonya besar, kita serahkan saja kepada mereka, dan yang risiko kecil kita ambil semua. Tapi. Dengan catatan hanya sementara, saat mereka produksi kita kasih insentif lalu setelah itu kita ambil kembali," pungkas dia. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini