Sukses

Kenapa Harga Emas Bisa Tembus US$ 2.000 di 2014?

Harga emas di pasar spot di awal 2013 telah menunjukkan pergerakan yang kurang spektakuler. Hingga saat ini, harga logam mulia telah turun 4,7 % ke level US$ 1.580 per ounce.

Harga emas di pasar spot telah menunjukkan pergerakan yang kurang spektakuler di awal 2013. Hingga saat ini, harga logam mulia telah turun 4,7 % ke level US$ 1.580 per ounce. Hal ini terjadi karena sentimen pasar yang mulai membaik yang mendorong arus modal beralih ke aset yang  beresiko dan jauh dari save havens.

Seperti yang dikutip dari The Motley Fool, Senin (11/3/2013), meskipun harga telah jatuh, Bank of America mengharapkan stimulus yang dirilis bank sentral dapat mendorong harga emas lebih tinggi lagi. Bank of America mengharapkan harga logam mulia menembus US$ 1.750 per ounce pada tahun ini, sebelum akhirnya menyentuh level US$ 2.000 per ounce pada 2014.

Investor dapat memprediksi kenaikan harga emas melalui SPDR Gold Trust dan Gold Bullion Securities, instrumen yang dirancang untuk melacak pergerakan harga logam.

Bank of Amerika, dalam beberapa hari terakhir, telah memprediksi harga   dua tahun ke depan. Rata-rata harga emas pada tahun ini US$ 1.680 per ounce dan US$ 1.838 per ounce pada 2014, turun dari prediksi sebelumnya antara US$ 1.805 per ounce dan US$ 2.038 per ounce.

Meskipun bank telah berhati-hati dalam memberikan perkiraan harga, namun tetap dipercaya tren harga emas tetap akan naik dan bertahan hingga 2014. Lembaga ini memprediksi memprediksi rata-rata harga emas US$ 1.650 per ounce dan US$ 1.600 per ounce pada kuartal I dan II, sebelum melanjutkan bergerak ke level harga yang lebih tinggi di pertengahan tahun ini.

Emas diharapkan akan menyentuh US$ 1.700 per ounce pada kuartal III 2013 dan US$ 1.750 per ounce di kuartal IV 2013. sebelum kembali naik ke US$ 1.850 per ounce dan US$ 1.900 per ounce pada kuartal I dan II pada 2014.

Bank of America mengharapkan bank sentral di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, untuk terlibat dalam manajemen yang lebih proaktif dengan  nilai tukar dalam menanggapi taktik Jepang yang agresif untuk mendevaluasi yen.

Bank of Amerika beranggapan sebagai wujud pertumbuhan global serta inflasi yang meningkat, naiknya transaksi pembelian dolar AS dari beberapa bank sentral akan dapat melawan apresiasi nilai tukar di luar mata uang yen. Dengan hal ini, nantinya secara berkelanjutan akan menaikkan inflasi, dan selanjutnya investor akan memilih untuk kembali memiliki logam.

Banl-bank sentral dalam beberapa tahun terakhir tetap stabil dalam pembelian emas di tengah kekhawatiran atas kerapuhan ekonomi makro dan meningkatnya inflasi. Korea Selatan telah menambah pembelian emas sebanyak 20 ton dalam beberapa hari terakhir, dengan total kepemilikan 104,4 ton emas. Rusia dan Kazakhstan pada bulan lalu justru membeli lebih banyak dari jumlah tersebut.

Menurut data yang dikeluarkan World Gold Council, pembelian resmi emas di seluruh dunia mencapai 534,6 ton untuk tahun lalu, dan ini menjadi pembelian tertinggi sejak 1964, naik 17 % dari tahun 2011.

Bank of Amerika juga akan mengantisipasi tingkat kemakmuran yang meningkat di pasar negara yang berkembang demi mendorong pembelian perhiasan yang lebih tinggi.

Selain itu, Investor juga dapat beralih untuk membeli saham di sektor pertambangan untuk mendapatkan banyak keuntungan dari harga emas. Permintaan sumber daya alam yang terus meningkat akan mendorong saham-saham komoditas untuk bernilai lebih tinggi untuk jangka panjang.(Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini