Sukses

Jakarta Diusulkan Punya Pulau Khusus untuk Kelola Sampah

Indonesia Water Institute mengusulkan pembangunan pengelolaan sampah terpadu di sebuah pulau reklamasi khusus yang ada di Ibu kota sebagai solusi mengatasi permasalahan sampah tersebut.

Sampah kerap menjadi permasalahan tersendiri bagi Indonesia, terutama DKI Jakarta.

Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute, Firdaus Ali mengusulkan pembangunan pengelolaan sampah terpadu di sebuah pulau reklamasi khusus yang ada di Ibu kota sebagai solusi mengatasi permasalahan sampah tersebut.

Tak tanggung-tanggung nilai investasi pembangunan pengelolaan terpadu ini mencapai Rp 1 triliun.

"Permasalahan mengenai kelolaan sampah karena sudah sedikit lahan yang dipergunakan untuk mengelola sampah. Jadi nanti nama pulau yang menampung sampah itu adalah pulau reklamasi pusat utilitasi dan lingkungan kota Metropolitan DKI Jakarta," ujar dia, Sabtu (16/3/2013).

Dia mengungkapkan konsep pulau sampah tersebut muncul berdasarkan pengalaman saat berkeliling dunia dan menemukan bentuk pengelolaan sampah yang baik.

Usulan dilontarkan karena Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, sehingga memiliki persoalan yang sama dengan kota besar dan negara berkembang lainnya.

Dia mencontohkan negara seperti Singapura, Tokyo dan Osaka di Jepang. Negara-negara tersebut bisa mengendalikan penumpukan sampahnya dengan membuat pulau terpadu (smart island) yang bisa mengelola sampah.

Dia menjelaskan pulau reklamasi tersebut akan dibangun dengan jarak sekitar 1,5 kilometer (km) dari permukaan jalan. Mereka membuat dengan land feel dipertengahan laut yang akan membawa sampahnya ke laut, dan tidak akan menyentuh lagi dengan daratan kota.

Firdaus menilai persoalan sampah DKI Jakarta menjadi hal yang sangat penting masa kini dan mendatang. Hal tersebut mengingat lahan daratan di DKI Jakarta sempit.

"Jadi menipisnya tempat di daratan sebagai lahan untuk mengelola sampah, sehingga ide pembangunan satu kawasan yang berada di pulau baru itu adalah hasil reklamasi sampah yang menjadi kunci utamanya. Dan juga kalau kita buat di daerah, social cost itu sangat mahal dalam pengurukannya," ungkap dia. (Dis/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini