Sukses

Pengusaha: "Kita Tak Mungkin Hidup Tanpa Listrik"

Meski aman dari pemadaman listrik yang akan bergulir pekan depan, kalangan pengusaha tekstil berharap masalah pasokan sumber energi tersebut segera ditangani pemerintah dan PT PLN (Persero).

Meski aman dari pemadaman listrik yang akan bergulir pekan depan, kalangan pengusaha tekstil berharap masalah pasokan sumber energi tersebut segera ditangani pemerintah dan PT PLN (Persero).

"Kita tidak mungkin hidup tanpa listrik," ujar Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudradjat Usman dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (1/4/2013).

Ade mengakui, kalangan industri memang tak terkena dampak dari pemadaman bergilir yang lebih banyak ditujukan pada perumahan tersebut. Namun pelaku usaha mengaku khawatir dengan kondisi kelistrikan di tanah air.

Dari kebutuhan rata-rata listrik yang tumbuh sebesar 11% per tahun, pasokan sumber listrik baru ternyata hanya mampu bertambah 1%.

"Jadi mau tak mau PLN harus menyalakan genset dan harganya mahal karena pakai bahan bakar minyak," kata dia.

Menurut Ade, kemajuan dunia usaha dalam menyerap tenaga kerja maupun menopang pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada kecepatan pembangunan pembangkit listrik.

Apalagi, listrik kini seolah sudah menjadi parameter kehidupan dan gaya hidup masyarakat Indonesia. "Industri membtuhkan listrik, tanpa keandalan listrik yang menyala 24 jam sehari dan 365 hari kami tak bisa berdaya saing dengan negara lain, ini bisa rontokan iklim usaha yang sudah dibangun puluhan tahun," kata dia.

Dari pandangan pelaku usaha, minimnya sumber pasokan baru listrik terjadi akibat lambannya pemberian izin lahan maupun perizinan dari pemerintah daerah (Pemda). Bahkan koordinasi antar lembaga pemerintah juga dianggap tak mendukung upaya pengembangan pembangkit baru.

Seperti diketahui, sepekan ke depan PLN akan memberlakukan pemadaman bergilir listrik di sejumlah kota di Jakarta dan sekitarnya. Pemadaman terpaksa dilakukan imbas dari upaya perbaikan menara Saluran Udara Tegangan ekstra Tinggi (Tinggi) 500 kV di sekitar area Sumedang, Jawa Barat.

Perbaikan dilakukan mengingat menara SUTET tersebut mengalami kerusakan sejak beberapa bulan lalu, akibat adanya pergeseran tanah (landslide) dan tanah sekitar pondasi longsor.

Menara Sutet tersebut menyalurkan listrik dari Mandirancan (Cirebon) - Bandung Selatan. Akibatnya transfer daya dari pembangkit yang ada di wilayah timur Jawa ke wilayah barat (Jakarta dan Jawa Barat) berkurang sekitar 750 Mega Watt (MW). (Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini