Sukses

Laba Turun 40%, Rugi Kurs Gerogoti Pendapatan PLN 2012

PT PLmelaporkan pendapatan usaha perusahaan sepanjang 2012 mengalami kenaikan sekitar 12% menjadi Rp 232,7 triliun. Sayangnya, beban rugi kurs membuat laba bersih perusahaan justru tergerus 40%.

PT PLN (Persero) melaporkan pendapatan usaha perusahaan sepanjang 2012 mengalami kenaikan sekitar 12% dari sebelumnya Rp 208 triliun menjadi Rp 232,7 triliun. Kenaikan pendapatan tersebut dipicu penambahan jumlah pelanggan sebanyak 3.900.104 dan meningkatnya volume penjualan sebesar 4.892 Gigawatt Hour (GHw).

Tumbuhnya pendapatan perusahaan sayangnya tak diimbangi dengan perolehan laba bersih yang justru menurun. PLN mencatat laba bersih perusahaan pada 2012 anjlok Rp 2,2 triliun dari sebelumnya Rp 5,4 triliun menjadi Rp 3,2 triliun.

Sementara dibandingkan dua tahun sebelumnya, laba bersih perusahaan pada 2012 hanya sekitar 31,68% dari perolehan Rp 10,1 triliun pada 2010.

Kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terungkap dari keterangan tertulis laporan keuangan perusahaan yang diperoleh Liputan6.com, Sabtu (13/4/2013).

PLN melaporkan penurunan laba bersih perusahaan sepanjang 2012 terutama dipicu oleh meningkatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 4,1 triliun dari Rp 1,8 triliun pada 2011 menjadi Rp 5,9 triliun pada 2012. Kerugian ini berasal dari translasi liabilitas perusahaan dalam mata uang asing, dimana tahun ini terjadi pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika (USD) meskipun disisi lain terjadi penguatan terhadap yen Jepang (JPY).

Penurunan laba bersih juga disebabkan transaksi non-cash sehingga tidak berpengaruh terhadap EBITDA perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 26,1%.
 
Peningkatan rugi kurs perusahaan sebesar  Rp 4,1 triliun terdiri dari peningkatan rugi kurs Rp 8,0 triliun atas pinjaman-pinjaman yang mayoritas dalam mata uang dollar Amerika Serikat. Utang itu antara lain utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 sebesar 45%, utang obligasi internasional sebesar 32%, utang bank sebesar 17%, dan liabilitas moneter lainnya (net off asset) sebesar 6%.

Namun disisi lain, perusahaan mampu meraih laba kurs sebesar Rp 3,9 triliun atas utang sewa pembiayaan PLTU Tanjung Jati B dan utang penerusan pinjaman yang mayoritas dalam mata uang yen Jepang.

Besarnya rugi kurs perusahaan ini menutup berbagai upaya penekanan biaya administrasi dan umum yang hanya naik 1,8%. Sementara kenaikan biaya kepegawaian hanya sebesar 1%.

"Kenaikan biaya administrasi dan kepegawaian juga di bawah angka laju inflasi. Hal ini menunjukan bahwa di tataran biaya yang dapat dikontrol secara langsung, PLN dapat mengendalikan dengan baik," ujar laporan tersebut. (Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.