Sukses

Program Bio Energi Memble Karena Pemerintah Tak Mampu Beli Etanol

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku sulit mengoptimalkan pengembangan bio energi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku sulit mengoptimalkan pengembangan bio energi. Itu karena pihaknya harus bersaing dengan sektor industri lain untuk mendapatkan bio energi seperti bio etanol, yang terbuat dari ubi kayu (singkong).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Edi Hermanto mengatakan penggunaan bioetanol untuk bahan bakar nabati (BBM) campuran bbm, mesti berkompetisi dengan industri lain, seperti kosmetik dan makanan.

"BBM bio kita kompetisi terutama yang repot adalah kompetisi etanol, kita kompetisi dengan kosmetik," kata Edi saat menghadiri diskusi tentang bbm di Wisma Antara Jakarta, Rabu (24/4/2013).

Kompetisi tersebut terkait dengan harga. Pemerintah hanya menetapkan pembelian bioetanol sebesar Rp 3.000 per liter, sementara industri lain berani mematok harga lebih tinggi untuk mendapatkan ethanol tersebut.

Masalah ini juga, menurut Edi, yang membuat campuran bioetanol untuk solar lebih rendah dari seharusnya 10% menjadi hanya 7,5%. Hal ini membuat bauran energi tidak optimal.

Oleh sebab itu, Edi mengaku akan mendiskusikan kenaikan harga pembelian bioetanol itu. "Nanti kita bahas dengan rekan-rekan. Apakah mungkin di luar Rp 3.000. Internal sendiri ada kompetisi menggunakan bbm subssidi dan bahan bakar nabati," pungkas dia. (Pew/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini