Biar Tak Dipalsu, Batik akan Ditandai dengan Batik Mark

Kementerian Perdagangan tengah berjuang untuk mengangkat produk kerajinan Indonesia agar lebih dikenal luas dunia internasional. Tindakan tersebut menyangkut memerangi pemalsuan produk. Salah satunya terhadap kain tradisional khas Indonesia, batik.

Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamurti mengatakan, pihaknya sangat memperhatikan upaya memerangi pemalsuan produk kerajinan tanah air, baik yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri.

"Ini yang kami ingin betul-betul perangi dengan membuat Batik Mark atau penanda yang bisa menunjukkan kepada konsumen perbedaan batik cetak dengan batik tulis. Penanda ini jadi satu yang mendesak," ungkap Bayu usai membuka pameran kerajinan terbesar Inacraft, di JCC, Rabu (25/4/2013).

Teknisnya, dia menjelaskan, batik tulis memiliki corak kain yang lebih terasa (kasar) dibandingkan batik cetak. "Kalau batik tulis by proses, tapi kalau printing by desain. Inilah yang diakui United Nations Educational, Scientific, Cultural Organization (UNESCO), karena batik Indonesia tidak ada duanya," terangnya.

Bayu mengimbau masyarakat Indonesia agar membeli produk batik tulis yang dibuat dengan sentuhan tangan dan kreativitas para pengrajin lokal serta sarat makna.

Sepanjang tahun ini, Kementerian Perdagangan memasang target agresif nilai ekspor kerajinan mencapai US$ 700 juta. Proyeksi ini naik dibandingkan 2012 yang terealisasi lebih dari US$ 670 juta.

"Penjualan dalam negeri itu bisa 6-7 kali lipat lebih besar dari nilai ekspornya. Sehingga ajang seperti pameran Inacraft akan mampu mengerek omzet penjualan kerajinan lokal dengan konsumen dari dalam maupun luar negeri," pungkasnya. (Fik/Shd)