Sukses

2.104 SMS Buat SBY Minta Kepastian Soal Harga BBM

Masyarakat rupanya tak ingin terus terkatung-katung menunggu langkah pasti pemerintah tentang keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Masyarakat rupanya tak ingin terus terkatung-katung menunggu langkah pasti pemerintah tentang keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Masyarakat pun menuangkannya lewat pesan singkat (short message system/SMS) yang ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Mengutip laman Sekretariat Kabinet, tercatat 40% atau 2.104 dari total 5.261 SMS yang dikirimkan kepada Presiden SBY dari masyarakat mempertanyakan kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Sosial, Sardan Marbun, menyebutkan masyarakat sangat menantikan kejelasan isu kenaikan harga BBM.

"Lebih dari 40% SMS yang masuk menginginkan Presiden SBY segera menaikkan harga BBM," jelas Marbun yang juga pengelola SMS dan PO BOX 9949 dalam situs resmi Sekretariat Kabinet, Rabu (8/5/2013).

Di beberapa daerah saat ini dikatakan sudah terjadi kelangkaan BBM. Sementara masyarakat tidak mampu mengharapkan kompensasi dari kenaikan harga BBM tersebut, untuk membantu meringankan beban hidup mereka.

Secara detail, dia menyebutkan, Presiden SBY pada 17 - 28 April 2013 menerima 710 SMS yang menanggapi rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dari jumlah itu,  terdapat 290 SMS (40,84%) mendukung, 255 SMS (36,92%) netral, dan 165 SMS (23,24%) menolak.

Apa saja isi SMS yang dikirimkan kepada Presiden SBY berkaitan dengan BBM tersebut. Ada kalimat dukungan, sindiran maupun yang bersifat netral.

Kalimat dukungan seperti, "Kalau begini terus masyarakat kacau, maka lebih baik menaikkan harga BBM menggunakan satu harga antara Rp 5.500 - Rp 6.000 itu akan lebih baik dan tidak butuh pengawasan."

Sementara isi SMS yang netral, semisal "Pak Presiden wacana penghapusan subsidi BBM bukanlah salah satu jalan keluar, bagaimana kita menggalakkan penggunaan gas pengganti bahan bakar minyak.”

Sementara SMS negatif antara lain: "Defisit negara karena gaji PNS tinggi, pemerintah ada kepentingan politik, yang dirugikan rakyat lagi. BBM naik, pajak naik, rakyat menjerit." (Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini