Sukses

Skenario Baru Kenaikan BBM Bikin Inflasi Tahunan Bercokol di 8,5%

Inflasi tahun ini bakal menyentuh level 8,5% apabila harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi naik menjadi Rp 6.500 per liter untuk jenis premium dan solar Rp 5.500 per liter.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Destry Damayanti memperkirakan inflasi tahun ini bakal menyentuh level 8,5% apabila harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi naik menjadi Rp 6.500 per liter untuk jenis premium dan solar Rp 5.500 per liter.

"Jika skenario terbaru dengan penyesuaian harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter untuk premium dan solar Rp 1.000 setiap liter, maka inflasi bisa mencapai 8,5%," tutur dia dalam Paparan Indonesian Economic Outlook 2013 di Jakarta, Selasa (14/5/2013).

Destry menguraikan, penyesuaian harga tersebut mendongkrak inflasi dengan tambahan 2,77%, terdiri dari dampak inflasi premium sebesar 3,07% dan inflasi solar sekitar 0,10%.

Di sisi lain, pihaknya juga memproyeksikan jumlah penghematan akibat kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi selama satu semester mencapai Rp 22,75 triliun.

"Anggaran yang bisa dihemat selama setahun dari kenaikan ini sekitar Rp 73,5 triliun. Tapi karena saat ini sudah berada di pertengahan tahun, maka kami hitung hanya Rp 36,75 triliun. Dari jumlah itu dikurangi biaya kompensasi senilai Rp 14 triliun, Indonesia bisa hemat Rp 22,75 triliun," jelas dia.

Imbasnya, kata Destry, pihaknya memangkas target pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini sekitar 6,15%. Inflasi tanpa kenaikan harga BBM subsidi pun diproyeksikan 5,7%.

Di temui secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa bakal mematok perubahan target inflasi sampai akhir tahun ini dengan kebijakan kenaikan harga BBM berkisar 6,9%-7,2%.

"Dengan tambahan inflasi akibat naiknya harga BBM subsidi skenario terbaru sekitar 1,5%-1,6% maka inflasi 2013 berada di kisaran 6,9%-7,2%," paparnya.

Deviasi dari target APBN tahun ini yang diperkirakan sebesar 4,9%, menurut Hatta bakal dimasukkan dalam APBN-P 2013.

"Inflasi dikoreksi, pertumbuhan ekonomi pun harus dipasang realistis dengan range 6,2%-6,4% karena melihat perkembangan ke depan. Tapi kami harus bersyukur ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas 6%," pungkasnya. (Fik/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.