Sukses

Ekonomi Lesu, Sejumlah Negara Longgarkan Kebijakan Moneter

Sejumlah pemerintah di dunia mulai memberlakukan kebijakan moneter yang lebih longgar guna mengantisipasi tren laju pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melandai hingga akhir tahun ini.

Senior Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra mengungkapkan sejumlah pemerintah di dunia mulai memberlakukan kebijakan moneter yang lebih longgar guna mengantisipasi tren laju pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melandai hingga akhir tahun ini.

Dana Moneter Internasional atau International Moneter Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi dunia tahun ini hanya akan tumbuh 3,3%, naik tipis dibanding tahun lalu sebesar 3,2%.

"Tahun ini bakal terjadi recovery ekonomi, tapi perlahan alias melandai. Untuk mencapai pemulihan ekonomi yang signifikan memerlukan waktu yang tidak sebentar," ujarnya dalam paparan Indonesia outlook ekonomic 2013 di Jakarta, Selasa (14/5/2013).

Pandangan realistis ini memaksa sejumlah negara menjalankan pelonggaran kebijakan moneter seperti memangkas suku bunga, pemotongan belanja negara dan langkah antisipasi lainnya.

Sebagai ilustrasi, pemerintah China diproyeksikan meraih pertumbuhan ekonomi sekitar 8% lebih pada akhir tahun ini akibat krisis ekonomi dunia. Pada kuartal I-2013, Negeri Tirai Bambu ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,7%.  

"Ini adalah konsekuensi dari kebijakan di China yang kelebihan investasi. Kebanyakan membangun infrastruktur, seperti gedung, jalan dan jembatan yang akhirnya tidak terpakai," ucap dia.

Akhirnya, sambung dia, pemerintah China kini mengalihkan investasi kepada konsumsi swasta sehingga membukukan kenaikan dan penurunan pada sektor investasi infrastruktur.

Di lokasi lain, pemerintah Amerika Serikat juga membuat penghematan anggaran secara bertahap untuk mengurangi beban utang. Perekonomian Negara Adidaya itu dinilai Aldian relatif kuat lantaran ditopang oleh sektor properti, khususnya perumahan yang sedang bergairah atau rebound.

"Pertumbuhan sektor properti masih akan terjadi terutama di perumahan dengan rata-rata kenaikan 2% di 2013," jelasnya.

Aldian mengaku, Jepang pun merealisasikan kebijakan pembelian surat utang sehingga aset pemerintah membumbung. Hal ini dilakukan untuk mencapai target inflasi sebesar 2% selama 2 tahun.

"Tapi ternyata, Jepang selalu mengalami deflasi, sehingga diperkirakan kebijakan ini masih akan terus berlanjut," pungkas dia.(Fik/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.