Sukses

Total: `Welcome`Kalau Pertamina Masuk Blok Mahakam

PT Total E&P Indonesia tidak pernah menolak masuknya Pertamina ke Blok Mahakam, Kalimatan Timur. Perusahaan migas asal Prancis mempersilakan jika Pertamina ingin ikut mengelola lapangan gas terbesar di Indonesia tersebut.

PT Total E&P Indonesia menyatakan pihaknya tidak pernah menolak masuknya PT Pertamina (Persero) ke Blok Mahakam, Kalimatan Timur. Perusahaan minyak dan gas (migas) asal Prancis mempersilakan jika Pertamina ingin ikut mengelola lapangan gas terbesar di Indonesia tersebut.

"Kerja sama dengan Pertamina kami fine-fine saja. Kami welcome kalau Pertamina mau masuk,"  kata Executive Vice President East Kalimantan District & Operations Total E&P Indonesie, Hardy Pramono saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (16/5/2013).

Hardy menyatakan masuknya Pertamina ke Blok Mahakam berada di tangan pemerintah. Sebagai operator, Total akan menerima apapun keputusan pemerintah.

"Yang terpenting bagaimana agar transfer operator bisa berjalan tanpa mengganggu aktivitas produksi," jelas dia.

Hardy menuturkan perseroan tetap berkomitmen investasi hingga masa kontrak habis pada 2017. Setiap tahunnya, Total mengucurkan dana US$ 2,5 miliar atau setara Rp 24,4 triliun untuk mengelola lapangan gas terbesar di Indonesia tersebut.

"Kami komitmen sampai 2017. Tapi setelah kontrak berakhir pada 2017, itu masih tunggu kepastian dari pemerintah," ungkapnya.

Sekadar informasi, kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani pada 1967, kemudian diperpanjang pada 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai 2017. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada 1967 menemukan cadangan migas di Blok Mahakam pada 1972 dalam jumlah yang cukup besar.

Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P) awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (tcf). Dari penemuan itu, blok tersebut mulai diproduksikan dari lapangan Bekapai pada 1974

Produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut di masa lalu membuat Indonesia menjadi eksportir gas alam cair (LNG) terbesar di dunia sepanjang 1980-2000.

Kini, setelah pengurasan selama 40 tahun, maka sisa cadangan 2P minyak saat ini sebesar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF. Pada akhir maka kontrak pada 2017 diperkirakan masih menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 tcf pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 tcf.

Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), kontraktor kontrak kerja sama yang bekerja di sana saat ini di Blok Mahakam, yaitu Total yang bermitra dengan Inpex 50%-50%, telah menginvestasikan setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun sejak masa eksplorasi dan pengembangannya telah memberikan penerimaan negara sebesar US$ 83 miliar atau sekitar Rp 750 triliun. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini