Sukses

Anggota DPR Pertanyakan Keamanan Tambang Freeport

Anggota Komisi VII DPR Effendi Simbolon merasa heran dengan insiden runtuhnya terowongan di area pelatihan Big Gossan Papua yang menimbun 38 orang pekerja PT Freeport Indonesia.

Anggota Komisi VII DPR Effendi Simbolon merasa heran dengan insiden runtuhnya terowongan di area pelatihan Big Gossan Papua yang menimbun 38 orang pekerja PT Freeport Indonesia.

Menurut Effendi, sebagai perusahaan kelas dunia, Freeport tentunya memiliki sistem keamanan yang sangat bagus.

"Pada waktu kami ke sana, mereka bilang sistem keamanan mereka itu sangat prima. Makanya saya bingung kenapa tidak ada gempa, tidak ada pergeseran apapun, kok terowongannya bisa runtuh," jelas dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (15/5/2013).

Dia mengaku lebih heran lagi soal evakuasi dan penyelamatan korban tertimbun yang dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk menemukan korban.

"Pelaksanaan rescue yang sangat manual tidak menunjukkan kalau Freeport itu perusahaan kelas dunia," ungkapnya.

Effendi berharap 23 karyawan Freeport yang masih tertimbun segera ditemukan. Freeport juga diminta untuk segera melakukan investigasi untuk mencari tahu penyebab insiden tersebut.

Sekadar informasi, sebanyak 38 pekerja Freeport tertimbun reruntuhan sebagian terowongan yang runtuh di area pelatihan Big Gossan pada Selasa, 14 Mei 2013, pukul 07.30 pagi waktu setempat (WIT).

Dari 38 pekerja Freeport yang terjebak di reruntuhan terowongan, hingga kini baru sekitar 10 orang selamat, lima orang meninggal dunia, dan masih belum ditemukan 23 orang.

Kepala Teknik Tambang Freeport Indonesia Nurhadi Sabirin, sebelumnya menyatakan pihaknya telah menerjunkan sejumlah tenaga ahli dan peralatan kelas dunia untuk mencari 23 pekerja yang belum ditemukan.

"Kami sudah mengerahkan sejumlah ahli beserta perlengkapan berkelas dunia agar dapat menyelesaikan penyelamatan ini secepat mungkin," kata Nurhadi.

Dia menjelaskan, insiden runtuhnya bebatuan ini berasal dari bagian atas fasilitas dan masih terus berjatuhan, mengakibatkan semakin lambatnya proses penyelamatan untuk dapat mencapai para pekerja yang terperangkap.

Perseroan terus berupaya 24 jam tanpa henti dengan cepat dan aman hingga dapat menyelamatkan jiwa mereka. Namun semakin banyak waktu yang dibutuhkan dapat memperkecil kemungkinan adanya pekerja yang selamat.

"Kami minta dukungan semua pihak dan doanya untuk rekan-rekan kerja kita beserta keluarganya," kata Nurhadi. (Ndw)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.