Sukses

Dibanding Presiden Chile, SBY Dinilai Pasif Soal Insiden Freeport

Presiden Chile Sebastian Pinera yang rela meninggalkan acara kenegaraan di Bolivia untuk ikut menyelamatkan 33 warganya yang terkubur di lokasi tambang.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai pasif dalam penanganan insiden runtuhnya terowongan di tambang bawah tanah Big Gossan milik PT Freeport Indonesia, Papua pada Selasa 14 Mei 2013.

Insiden tersebut telah membuat 38 pekerja Freeport tertimbun runtuhnya terowongan. Hingga Selasa (21/5/2013), pukul 08.00 WIB, jumlah korban meninggal akibat insiden tersebut mencapai 21 orang, 10 orang selamat dan 7 pekerja Freeport belum ditemukan.

Presiden Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Andy Gani Nenawea, pihaknya menyayangkan tanggapan Presiden yang cukup pasif atas peristiwa ini.
Tidak seperti Presiden Chile Sebastian Pinera yang rela meninggalkan acara kenegaraan di Bolivia untuk ikut menyelamatkan 33 warganya yang  terkubur di lokasi tambang.

"Presiden Chile meninggalkan acara kepresidenan di Bolivia untuk menyelamatkan 33 warganegaranya, presiden kita sedang ada di Indonesia tapi tidak ke sana," ungkapnya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (21/5/2013).

Sekadar informasi, Sebanyak 33 pekerja tambang Chile yang terperangkap ratusan meter di bawah tanah selama lebih dari dua bulan sejak 5 Agustus-13 Oktober 2010.

Selain aksi evakuasi korban, kiprah Presiden Chile Sebastian Pinera juga menjadi sorotan dunia. Pinera terjun langsung ke lokasi tambang dan selalu mengumumkan perkembangan terakhir operasi penyelamatan.

Bahkan pada saat 33 pekerja diangkat satu per satu, dia rela tidak cukup tidur sepanjang malam agar bisa melihat satu per satu penambang yang diselamatkan. Pinera memeluk para pekerja tambang begitu keluar dari dalam lubang.

Presiden SBY sebelumnya mengakui pihaknya mendapat banyak masukan dan saran soal cara-cara penanganan bencana yang terjadi di tambang Freeport. Saran itu antara lain mengharapkan pemerintah melakukan upaya penyelamatan seperti yang dilakukan pemerintah Chile, beberapa waktu lalu.

"Harus saya jelaskan, situasinya berbeda. Kalau di Chile dulu ada sejumlah karyawan tambang berada di sebuah ruangan tempat bekerja kemudian terperangkap. Dan mereka masih hidup serta bisa berkomunikasi," jelasnya.

Kendati korban yang terperangkap itu kemudian bisa diselamatkan dengan teknologi dan peralatan yang ada, bagi Presiden apa yang terjadi di Tembagapura tidaklah sama.

"Kejadian di Freeport benar-benar berbeda, karena pada saat mereka melakukan pelatihan, atap tempat mereka berada runtuh. Dengan demikian langsung menimpa mereka yang sedang ikut pelatihan," ujar Presiden.

Namun begitu, lanjut Presiden, jika awalnya memang pihak Freeport yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang berada di depan untuk tindakan penyelamatan dan evakuasi, kini tidak lagi. Beratnya medan dan kesulitan lainnya membuat pihak Freeport harus mau bekerja sama dengan pihak Indonesia.

"Dalam perkembangannya, karena memang diperlukan bantuan dan kerja sama, (tim evakuasi) juga telah mengikutkan Basarnas dan unsur lain dalam melakukan evakuasi," papar SBY.  (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini