Sukses

Freeport Diminta Tanggung Seluruh Biaya Hidup Keluarga Korban

PT Freeport Indonesia diminta untuk menanggung seluruh biaya hidup keluarga korban meninggal akibat runtuhnya terowongan di area fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan, Papua pada 14 Mei 2013.

PT Freeport Indonesia diminta untuk menanggung seluruh biaya hidup keluarga korban meninggal akibat runtuhnya terowongan di area fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan, Papua pada 14 Mei 2013.

"Tidak cukup hanya santunan dan beasiswa, tapi Freeport harus menjamin hidup keluarga korban," ungkap Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (23/5/2013).

Marwan menuturkan para korban meninggal merupakan tulang punggung keluarga sehingga Freeport harus menggantikan peran itu.

"Selama ini kan para korban telah berkontribusi dalam kegiatan produksi Freeport," tutur dia.

Bentuk tanggung jawab Freeport tidak hanya berhenti di situ, ia juga meminta pemerintah memberikan sanksi kepada Freeport atas insiden yang telah menelan 28 korban jiwa tersebut.

Menurut Marwan, insidien yang terjadi menunjukkan sistem keamanan di tambang emas milik perusahaan asal Amerika Serikat (AS) masih kurang handal dan tidak memenuhi standar internasional. Freeport seharusnya memiliki jalur alternatif penyelamatan agar korban bisa diselamatkan dengan lebih cepat.

"Bentuk tanggung jawab itu tak hanya memberikan santuan kepada korban dan keluarga korban, tapi pemerintah harus memberi sanksi kepada Freeport karena prosedur penyelamatannya yang tidak perform," jelasnya.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik sebelumnya menyatakan, Freeport telah menyiapkan sejumlah santunan bagi keluarga korban runtuhnya terowongan di area fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan.

Selain santunan berupa uang, Freeport juga akan memberikan beasiswa pendidikan hingga sarjana dan menjamin keluarga korban yang melamar bekerja di perusahaan akan diterima.

Sekadar informasi, banyak 38 pekerja Freeport berada di dalam kelas fasilitas pelatihan bawah tanah saat atap runtuh pada Selasa 14 Mei 2013, pukul 07.30 WIT.

Anggota tim tanggap darurat telah berhasil menyelamatkan 10 pekerja, namun tak bisa menyelamatkan 28 orang lainnya yang terkubur di bawah puing-puing reruntuhan. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini