Sukses

5 Mata Uang Alternatif yang Aman untuk Investasi

Di tengah pelemahan ekonomi global seperti saat ini, para pelaku bisnis mata uang harus berhati-hati memilih investasinya.

Di tengah pelemahan ekonomi global seperti saat ini, para pelaku bisnis mata uang harus berhati-hati memilih investasinya. Kerugian bisa kapan saja dialami di tengah kondisi pasar yang serba tak pasti seperti sekarang.

Terus bermain dengan dolar Amerika Serikat (AS) dan obligasi juga bisa berisiko mengingat inflasi yang sedang terjadi di negara tersebut.

Presiden World Markets divisi lembaga konsultasi kondisi dan solusi pasar mata uang Everbank di St. Louis, Amerika, Chuck Butler menawarkan beberapa alternatif yang aman.

Alternatif tersebut berupa investasi di beberapa mata uang selain dolar AS, sertifikat deposito bank dan obligasi pemerintah seperti di bawah ini melansir laman Forbes.com, Selasa (28/5/2013):

1. Swiss

Swiss Franc adalah jawaban atas kebutuhan tempat super aman untuk menyimpan mata uang kertas. Para investor tak perlu susah-susah ke luar negeri untuk memilikinya. Harganya 13% dibanding dolar AS dan 69% selama 10 tahun terakhir.

2. Norwegia

Negara ini tak pakai euro sebagai mata uangnya tapi krone. Mata uangnya menguat 8,7% pada dolar AS tahun ini dan selama satu dekade mencapai persentase di atas 37,6%.

3. Singapura

Dolar Singapura adalah mata uang yang nilainya terkuat di dunia. 6,6% dibanding dolar AS sampai saat ini. Dengan bunga obligasi yang rendah, para invsetor bisa dapatkan tambahan ekstra jika mata uangnya menguat.

4. Australia

Selama lima tahun negara kangguru ini meraih keuntungan lebih dari 4% atas penjualan obligasinya. Sertifikat deposito juga bisa sangat menguntungkan mengingat dolar Australia unggul jauh dari dolar AS dalam 10 tahun terakhir.

5. China

Setiap tahunnya secara perlahan yuan terus menguat pada dolar AS. EverBank merekomendasikan pembukaan rekening-rekening baru sertifikat deposito China dengan mata uang lokal. Hal tersebut karena pemerintah berniat terus meningkatkan nilai mata uangnya guna melemahkan nilai dolar AS.

Jika dolar AS terus melemah maka mata uang dari negara-negara dengan perekonomian yang sehat akan terus menguat.

Di bank, hasil penjualan obligasi AS mencapai -0,89% akibat inflasi lima tahun. Selama 30 tahun penjualan obligasi, hasilnya selalu 1,18%.

"Harga barang-barang berharga selama 10 tahun naik 10% dalam 12 bulan terakhir, tapi nilai krone dan Aussie serta dolar Singapura melonjak lebih tinggi. Inilah saat nya mengganti simpanan lama dengan yang baru," ujar Butler, EverBank. (Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.