Sukses

Freeport Tak Boleh Beroperasi Sebelum Investigasi Tuntas

Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara meminta pemerintah tidak mengizinkan Freeport kembali beroperasi hingga proses investigasi insiden longsornya terowongan tambang bawah Big Gossan, selesai dilakukan.

Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara meminta pemerintah tidak mengizinkan PT Freeport Indonesia kembali beroperasi hingga proses investigasi insiden longsornya terowongan tambang bawah Big Gossan, selesai dilakukan.

Dia mengakui, penghentian sementara kegiatan operasional tambang Freeport sebenarnya tidak hanya merugikan perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut. Pemerintah juga dirugikan karena penghentian produksi Freeport bisa berdampak terhadap penerimaan negara.

"Memang pemerintah rugi, tapi ini demi harga diri bangsa," ungkap Marwan saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (1/6/2013).

Marwan menilai insiden yang menewaskan 28 orang pekerja Freeport tersebut merupakan musibah terbesar di dunia pertambangan Indonesia sehingga pemerintah harus memastikan tambang itu aman sebelum dioperasikan.

Investigasi harus dilakukan agar penyebab diketahui sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi di tambang Freeport. Apalagi pada Jumat (31/5/2013) kemarin, sebuah insiden kecelakaan kembali terjadi di Freeport.

"Jangan 28 orang, kalau ada 1-2 pekerja tambang meninggal itu sudah fatal. Ini menunjukkan sistem keamanan Freeport belum
masih kurang handal dan tidak memenuhi standar internasional," jelas dia.

Marwan juga mendesak pemerintah untuk memberikan sanksi kepada Freeport atas insiden yang menewaskan 28 pekerja tersebut.

"Bentuk tanggung jawab itu tak hanya memberikan santuan kepada korban dan keluarga korban, tapi pemerintah harus memberi sanksi kepada Freeport karena prosedur penyelamatannya yang tidak perform," tutur Marwan.

Sekadar informasi, sebelumnya sebanyak 38 pekerja Freeport berada di dalam kelas fasilitas pelatihan bawah tanah saat atap runtuh pada Selasa 14 Mei 2013, pukul 07.30 WIT.

Anggota tim tanggap darurat telah berhasil menyelamatkan 10 pekerja, namun tak bisa menyelamatkan 28 orang lainnya yang terkubur di bawah puing-puing reruntuhan. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini