Sukses

Isu BBM Buat Pemerintah Kerepotan Puluhan Kali

Pemerintah mengakui kenaikan harga BBM bersubsidi menjadi persoalan pelik yang harus dihadapi puluhan kali. Untuk penyesuaian harga di tahun ini, pemerintah berharap mampu menurunkan impor BBM.

Pemerintah mengakui bahwa  kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi menjadi persoalan pelik yang harus dihadapi sebanyak puluhan kali. Untuk penyesuaian harga di tahun ini, pemerintah berharap mampu menurunkan impor BBM sehingga dapat menyumbang surplus pada neraca transaksi berjalan (current account) di 2014.

"Memang ini (kenaikan harga BBM subsidi) adalah persoalan yang sudah berpuluh-puluh kali dihadapi pemerintah. Kapanpun keputusannya pasti akan repot, tapi kalau tidak diputuskan pun semakin repot," keluh Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar.  

Kebijakan penyesuaian harga BBM, menurut dia, dapat mengurangi tekanan kebutuhan terhadap impor BBM. Namun Mahendra sendiri belum dapat menjanjikan bahwa neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus pada tahun depan.

"Belum tentu, apakah akan surplus itu masih terlalu awal karena permintaan suatu barang, termasuk BBM kalau harganya murah maka permintaan meningkat. Tapi disertai juga dengan penambahan konsumsi di luar harga, jadi belum bisa lihat netto-nya," paparnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, sepanjang kuartal I 2013, realisasi impor BBM mencapai 20% atau senilai US$ 7,26 miliar. Jumlah itu setara dengan Rp 68,9 triliun yang berpotensi menyebabkan neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, untuk Maret 2013 saja, angka impor BBM Indonesia mencapai US$ 2,11 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. Nilai ini turun dari angka impor BBM di Februari 2013 yang sebesar US$ 2,65 miliar.

"Itu baru bicara permintaan, belum bicara pasokan. Bagaimana kalau lifting atau produksi minyak tidak naik-naik, karena banyak variabelnya," ucap dia.

Mahendra mengatakan pemerintah telah mematok angka defisit anggaran berada di kisaran 1,2%-1,7% pada 2014 dari Produk Domestik Bruto (PDB). "Apalagi kalau kenaikan BBM tidak dilakukan, maka kami pasti akan mengalami persoalan (defisit) semakin dalam," pungkas dia.

Sebagai contoh, terhitung sejak tahun 1980 sampai 2013, sejarah kenaikan Harga BBM Premium di Indonesia terjadi sebanyak 9 kali. Selama 23 tahun terakhir harga terendah BBM Premium adalah Rp 150 di tahun 1980 dan harga tertinggi Rp 6.000 di tahun 2008.

Sementara sejak tahun 1980 sampai 2013, sejarah kenaikan harga solar di Indonesia terjadi sebanyak 9 kali. Dan selama 23 tahun terakhir, harga solar terendah adalah Rp 52,5 di tahun 1980 dan harga solar tertinggi Rp 5.500 di tahun 2008.(Fik/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.