Sukses

Bulog Dipuji Karena Mampu Pasok Daging Sebelum Ramadan

Kementerian Perdagangan memberikan izin impor daging sebesar 5.000 ton kepada Perum Bulog.

Izin impor daging yang diberikan Kementerian Perdagangan kepada Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan kuota mencapai 5.000 ton daging justru tak diketahui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.

"Belum tahu, tapi kalau memang sudah dapat izin kuota ya Alhamdulillah karena Bulog sudah terlatih," terang dia di Jakarta seperti ditulis Kamis (6/6/2013).

Dahlan mengapresiasi kinerja Bulog yang berupaya keras untuk bisa menstabilkan harga daging di pasar dengan menjadi importir.

"Bagus juga, sudah bisa usahakan daging tiba sebelum bulan puasa. Terlambat lebih baik dari pada tidak sama sekali," jelasnya.

Selain itu, kata Dahlan, perusahaan pelat merah yang bermain di bisnis daging adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). RNI akan memasok daging sapi dan menjualnya lebih rendah di bawah harga pasar.

"RNI lagi mencoba mengusahakan perpendekan jalur distribusi daging yang biasanya ke tengkulak, sekarang dijual kiloan dan eceran. Cara ini memberikan hasil lebih baik," imbuhnya.

Di samping bisa mengendalikan harga, menurut dia, upaya tersebut akan meningkatkan marjin atau keuntungan perseroan, karena dari yang semula marjin jatuh ke tangan pihak ketiga dan keempat, saat ini bisa dinikmati sendiri.

"RNI sudah lapor ke saya (ingin operasi pasar daging). Tapi saya bilang terserah saja," ujar dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, jika Kementerian Perdagangan akan memberikan kuota 3.000-5.000 ton daging sapi beku kepada Bulog.

Jumlah ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian sebanyak 1.500 ton. Sedangkan Bulog sendiri meminta 28 ribu ton.

Sementara RNI berencana mulai memasok daging sapi ke pasar di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Semarang, sebanyak 30 ton per bulan pada 26 Juni ini.

Harga daging yang dipatok diklaim jauh lebih murah dibanding harga di pasar tradisional yang masih bertengger Rp 90 ribu per kilonya. (Fik/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini