Sukses

Meraup Fulus dari Bisnis Busana Muslim

Ditengah booming distro, Polite hadir dengan pilihan berbeda. Menawarkan busana muslim trendy namun sopan, Polite mampu mecuri perhatian.

Mulai berjualan busana muslim sejak masih duduk dibangku kuliah, Nutty Nurhayati kini telah memiliki brand busana muslim sendiri yang dia beri nama 'Polite'.

Awal terjun ke bisnis busana muslim, Nutty, begitu dia biasa disapa, merintis bersama seorang saudara sepupunya di wilayah Bandung, Jawa Barat. Lulusan teknik sipil dari Institut Teknik Bandung (ITB) kala itu menawarkan produknya kepada teman-teman kampus atau ke pengajian yang rutin dilakukan disekitar tempat tinggalnya.

"Awalnya tahun 2003 bersama dengan sepupu saya, waktu itu belum punya konsep yang tetap, jadi masih mencoba-coba mana yang disukai oleh calon pembeli. Dan waktu itu juga sedang booming pakai distro, jadi banyak orang juga mencari motif-motif ala distro," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com disela Indonesia Islamic Fashion Fair 2013 di Jakarta Convention Center (JCC).

Ide awal berjualan busana muslim muncul ketika Nutty mulai memutuskan untuk mengenakan jilbab namun tetap ingin tampil trendi. Kala itu, mode pakaian distro tengah berkembang dengan desain yang cenderung simpel dan memiliki grafis sebagai motifnya. "Karena waktu itu baru memakai jilbab, saya ingin tetap memakai kaos distro namun bernuansa muslim, makanya saya mulai mendesign baju yang memadukan style pakaian distro dan busana muslim," katanya.

Seiring berjalan waktu, ternyata busana yang dijual tersebut cukup memiliki banyak peminat, sehingga dia mulai fokus untuk berjualan. Namun karena sang sepupu harus pindah ke luar kota, sehingga Nutty pun mulai mengembangkan usaha ini dibantu sang adik bernama Rully Setiawan. Bersama rekan barunya inilah, Nutty pun mulai menciptakan brandnya sendiri yaitu Polite yang berarti sopan pada 2005. Pemilihan nama Polite sendiri dimaksudkan agar para wanita muslim bisa tampil stylist dan sporty namun tetap memiliki batas kesopanan.

Sambil berbisnis busana muslim, Nutty sebetulnya pernah bekerja di perusahaan milik dosennya. Namun melihat prosek bisnisnya yang lebih menjanjikan, dia pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus bisnisnya tersebut. Nutty juga menginginkan memiliki waktu yang lebih fleksibel untuk bisa mengurus keluarga sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Keputusannya untuk terjun di bisnis busana muslim menyeruak seiring pangsa pasar yang luas namun minim pesaing. Terlebih lagi, Bandaung kala itu masih muncul wabah pakaian ala distro."Saya kan suka desain, kemudian melihat ada peluang yang bagus, kenapa tidak dimanfaatkan. Saya sebenarnya belum punya pengalaman berwirausaha, pokoknya nekat saja. Modal awalnya saat itu pun masih kecil sekali, sekitar Rp 1 jutaan," jelas wanita kelahiran 28 Juni 1982 ini.

Perjuangan Nutty untuk merintis usahnya sebetulnya tak sepenuhnya mulus. Nutty sempat mengalami beberapa kali kegagalan dalam membuat konsep busana. Setelah melalui beberapa kali percobaan membuat konsep serta mencari referensi busana muslim di dunia maya, akhirnya Nutty pun mulai menemukan konsep dasar yang menjadi acuan dalam setiap desain busana karyanya.

"Konsep, pattern dan siluet saya yang bikin. Cuma di Polite ini kan kami juga menonjolkan unsur grafis, nah itu ada pegawai tersendiri yang mendesign. Jadi Polite itu konsepnya sporty, maskulin, casual dan grafis. Inspirasi mendesign dari browsing internet, kadang juga mendengar kemauan konsumen seperti apa," tutur Nutty.

Target konsumen yang diincar oleh Polite sendiri lebih kepada wanita aktif seperti remaja dan ibu muda, namun menurut Nutty ternyata banyak juga ibu yang berusia lebih dari 40 tahun yang suka akan desain-desain yang ditawarkannya.

Selain itu, Nutty juga baru saja mengeluarkan jenis busan muslin terbarunya yaitu swimwear atau pakaian renang untuk muslimah. "Baju renang ini kita buat agar membedakan dengan merk busana muslim lain, selain itu konsep awal polite memang lebih sporty dan juga untuk memperkuat citra sporty itu, makanya kita keluarkan baju renang," ujarnya.

Dalam menjual produknya, Polite memasang harga mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 400.000. Namun sayang, dia enggan menjelaskan mengenai omset yang didapatnya dari bisnis busana muslimnya ini.

Selain memiliki 1 toko di kawasan Bandung, pemasaran busana muslimnya ini dilakukan dengan pendistribusian ke beberapa langganannya dan melalui penjualan online. Dalam pendistribusian produknya ini pun, Nutty membagi menjadi dua sistem, yaitu distributor dan re-saler. Untuk menjadi distributor, pembelian biasanya diatas Rp 15 juta, sedang re-saler lebih kecil dari itu.

Distributor dan re-saler dari Polite  sendiri tersebar dibeberapa wilayah di Indonesia antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan kota-kota di luar Pulau Jawa seperti Makasar, Bontang, Soroako, Makassar, Kendari, Banjarmasin, Riau, Lampung. Selain itu, produknya ini telah dia distribusikan ke beberapa negara tetang seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam.

"Penjualan terbanyak memang dari distributor dan re-saler. Biasanya ke wilayah-wilayah yang suhunya panas karena kita kan ada produk kaos untuk untuk wanita yang aktif dilapangan dan kita imbangi dengan penjualan dressnya untuk wanita yang bekerja dalam ruangan," katanya.

Proses pembuatan busananya, Nutty telah memiliki rumah produksi sendiri yang terletak di Jalan Buah Batu, Bandung. Dia juga bekerjasama dengan beberapa vendor yang membantu dalam menjahit. Per bulan, Polite mampu memproduksi sekitar 3.000 pakaian. Untuk active collection sekitar 60-150 pakaian per hari, dan live collection 40 pakaian.

Guna tetap menjaga produknya diminati oleh distributor atau konsumen, Nutty biasanya mengeluarkan sekitar 23 design baru tiap bulan. Selain itu untuk memperkuat merknya tersebut Nutty juga mengeluarkan produk-produk yang mendukung konsep dasarnya.

Meskin sudah hampir 10 tahun menjalankan bisnisnya ini, Nutty terkadang masih menemui kendala seperti masalah mengelola operasional dan perencanaan. Dia juga mengaku pernah mengalami kerugian karena ditipu orang lain atau pernah  salah dalam memprediksi design yang dia kembangkan yang ternyata tidak diterima pasar. Namun hal-hal tersebut tidak pernah membuatnya jera, dia terus menjalankan bisnisnya dan banyak belajar dari pengalaman tersebut. (Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.