Sukses

APBNP 2013 Dinilai Lebih Kental Nuansa Politis daripada Ekonomis

INDEF menilai penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2013 penuh ketidakjelasan dan tidak produktif.

Institute for Development of Economics ad Finance (INDEF) menilai penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013 penuh ketidakjelasan dan tidak produktif.

Direktur INDEF Enny Sri Hartati mengatakan, di tengah kondisi krisis global yang masih berlangsung, RAPBNP 2013 justru semakin tidak sehat. "APBNP 2013 lebih kental nuansa politis dari pada ekonomis," kata Enny dalam keterangan pers tentang tanggapan Indef atas RAPBNP 2013 di Jakarta, Senin (10/6/2013).

Pengeluaran Pemerintah dinilai semakin membengkak sehingga defisit anggaran justru meningkat dari 1,65% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada APBN 2013 menjadi 2,48% pada APBN 2013.

"Ironisnya melonjaknya defisit hanya habis digunakan untuk menambal subsidi yang membengkak dari Rp 317,2 triliun pada APBN 2013 menjadi Rp 358,2 triliun atau mencapai 30% dari total belanja pemerintah pusat. Sementara belanja modal sebagai stimulus fiskal justru menurun dari 16% menjadi 15,7%," jelas dia.

Enny menuturkan, di tengah krisis global yang berdampak pada penurunan ekspor dan tekanan defisit neraca perdagangan, dibutuhkan kebijakan stimulus fiskal yang produktif untuk penguatan kapasitas perekonomian domestik, utamanya sektor-sektor produktif yang menyerap tenaga kerja tinggi.

"Namun sektor-sektor produktif seperti industri dan pertanian justru tidak mendapat insentif maupun subsidi yang memadai," ungkapnya.

Enny juga mengungkapkan, RAPBNP 2013 juga tanpa esensi yakni perubahan APBN adalah guna mengoptimalkan peran stimulus fiskal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.  (Pew/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini