Sukses

Alasan Pertamina `Mengais` Minyak ke Luar Negeri

PT Pertamina Hulu Energi, semakin gencar membidik lapangan minyak yang berada di luar negeri guna meningkatkan produksi.

PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi, semakin gencar membidik lapangan minyak yang berada di luar negeri guna meningkatkan produksi.

Menurut Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi Ignatius Tenny Wibowo, semakin ekspansinya perseroan mencari blok minyak di luar negeri karena cadangan minyak Indonesia saat ini  1% dari total cadangan dunia.

Dengan cadangan yang ada, Indonesia memproduksi minyak
 840 ribu-850 ribu barel per hari (bph) sementara konsumsi minyak  1,3 juta-1,4 juta bph,

"Jadi jelas kalau Pertamina tidak bantu, maka shortage minyak akan semakin besar," jelas Tenny di Hotel Four Season, Jakarta, Senin (10/6/2013).

Pertamina saat ini tercatat memiliki sejumlah lapangan minyak yang beroperasi di luar negeri seperti Blok SK 305 di Malaysia, BlokBMG di Australia, Blok WD-3 di Irak, Blok 17-3 dan Blok 123,3 di Libya, Blok 13 Offshore Sudan, Blok 10& 11,1. Di Vietnam dan Blok 3 di Qatar.

Dari semua blok di luar negeri, yang baru produksi yaitu SK 305, dengan tingkat produksi minyak 2.000-3.000 bph dan gas 20 juta kaki kubik per hari.

Tenny menjelaskan, saat ini perseroan mengandalkan dua lapangan migas untuk mencapai produksi perseroan yaitu Blok ONWJ dan Blok WMO.

Produksi blok ONWJ terus mengalami tren positif dengan produksi di atas level 40 ribu barel per hari pada Mei 2013 dan rata-rata produksi Year to Date 38.700 barel per hari. Adapun produksi blok WMO juga mengalami tren positif. Rata-rata produksi April 2013 mencapai 15.668 barel per hari dan meningkat menjadi 19,510 barel per hari.

"Secara komulatif produksi minyak kami mencapai 62.400 bph, kalau Juni saja sudah 70 ribu bph," tutur dia.

Terkait kontrak Blok ONWJ yang berakhir pada 19 Januari 2017, Tenny memastikan pihaknya telah meminta perpanjangan kontrak ke pemerintah.

"Kami berminat perpanjang karena tren produksi Blok ini juga terus meningkat," tutur dia.

Tenny menuturkan, perseroan bakal berinvestasi sekitar US$ 500 juta-US$
600 juta per tahun.

"Blok ini sangat menguntungkan, cost per barel di ONWJ itu US$ 16, sementara marginnya US$ 108 per barel," papar dia.


(Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini