Sukses

Defisit Perdagangan akan Makin Parah Pada Kuartal II Ini

Defisit transaksi berjalan Indonesia akan semakin parah pada kuartal II 2013. Hal ini disebabkan karena impor BBM yang cukup tinggi.

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa angka defisit transaksi berjalan Indonesia akan semakin parah pada kuartal II 2013. Hal ini disebabkan karena impor bahan bakar minyak (BBM) yang masih cukup tinggi.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengaku, pihaknya mengkhawatirkan laju defisit transaksi berjalan di periode April-Juni 2013 akan jauh lebih buruk dibanding kuartal I ini.

"Ada dua poin yang dapat memperburuk defisit transaksi berjalan, yakni impor BBM bersubsidi yang besar dilihat dari neraca perdagangan tiga bulan pertama," sambung dia di Jakarta seperti ditulis Minggu (16/5/2013).

Selain itu, kata Agus, karena kinerja ekspor yang masih lesu karena harga komoditas masih mengalami penurunan. Itu menjadi tekanan pada transaksi berjalan sehingga puncak defisitnya memburuk di kuartal II, walaupun di sepanjang tahun ini akan lebih baik.

Berdasarkan data Setgab, transaksi berjalan pada triwulan I-2013 mengalami perbaikan dengan jumlah defisit transaksi berjalan yang menyusut menjadi US$ 5,3 miliar atau 2,4% dari PDB. Sedangkan di periode yang sama tahun lalu, defisit US$ 7,6 miliar setara dengan 3,5% dari PDB.

Sementara neraca pembayaran Indonesia, transaksi modal dan finansial, dia menilai, akan menunjukkan perbaikan, bahkan mengalami surplus di kuartal II 2013.

"Itu secara umum baik, karena pemerintah dan swasta bisa menghimpun dana untuk tercatat di transaksi modal dan finansial. Penopang utama adalah penerbitan global bond oleh pemerintah dan PT Pertamina (Persero) sehingga dapat membantu transaksi finansialnya," jelas Agus.

Jaga Kuota BBM Demi Hindari Bengkaknya Defisit

Untuk itu, dia menghimbau agar pemerintah dapat menjaga kuota BBM subsidi seperti yang sudah disepakati sebanyak 48 juta kiloliter (kl). Sehingga hal ini akan berdampak pada level defisit yang bisa dikelola sebesar 2,38% atau turun 0,1% dari Produk Domestik Bruto dengan anggaran subsidi BBM di bawah Rp 200 triliun.

"Kesepakatan defisit ini sangat bagus sekali untuk pengendalian atau kesehatan fiskal Indonesia. Dan dengan kenaikan harga BBM bisa membantu tekanan di transaksi berjalan," pungkas Agus. (Fik/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini