Sukses

5 Alasan Buruh Demo Besar-besaran Tolak Kenaikan Harga BBM

Sebanyak 10 ribu buruh melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di gedung DPR. Berikut 5 alasan buruh menentang kenaikan harga.

Sebanyak 10 ribu buruh yang tergabung dalam Majelis Pekerja Indonesia (MPBI), terdiri dari KSPI, KSPSI, KSBSI dan Federasi SP lainnya hari ini kembali turun aksi  menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan mengepung gedung DPR RI, di mana akan dilakukan sidang paripurna DPR terkait pembahasan APBN-P 2013.
 
"Aksi juga berlangsung di kawasan kawasan industri Pulogadung Jakarta dan kawasan industri lainnya,"  Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), Mudhofir seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (17/6/2013).

Selain di Jakarta, buruh juga bakal menyerbu kantor Gubernur, Bupati dan Walikota di berbagai wilayah seperti Serang, Cilegon, Purwakarta, Karawang, Cimahi, Subang, Bandung, Sukabumi, semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, Probolinggo, Malang, Aceh, Batam, Bintan, Karimun, Medan, Deli, Lampung, Jambi, Makassar, Manado, Gorontalo, Samarinda, dan Papua.
 
Presidium MPBI yang juga Presiden KSPI Said Iqbal menyatakan, langkah pemerintah menaikkan harga BBM, dibarengi pembagian  Bantuan Langsung Sementara (BLSM)  pada masyarakat miskin menegaskan, aksi  buruh menolak adalah tindakan pembodohan dan tidak produktif.

"Karenanya MPBI menyatakan sikap dengan tegas Menolak Kenaikan harga BBM dan pembagian BLSM," tutur dia.

Berikut lima alasan buruh melakukan demo besar-besaran menolak kenaikan harga BBM:

1. Kenaikan harga BBM karena merupakan tindakan yang tidak pro rakyat kecil terutama buruh.

Kenaikan harga BBM jenis premium  sebesar 45% dari Rp 4.500 menjadi Rp 6,500 per liter membuat daya beli buruh  turun. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 500 ribu- Rp 700 ribu akan tergerus atau sia-sia karena harga sembako naik, sewa rumah dan kontrakan naik, transportasi naik dan inflasi akan naik di atas 10%. Dampaknya pada 44 Juta buruh formal akan jadi miskin lagi jadi buruh akan makin menderita  jadi wajar bila buruh akan bereaksi keras atas ketidakadilan karena kenaikan harga  BBM.

2. Pemerintah gagal dalam mengelola keuangan negara.

Pemerintah gagal dalam mengoptimalkan potensi pajak, dari 60 juta orang dengan penghasilan kena pajak, baru sekitar 8.8 juta atau 14,7% yang membayar pajaknya. Dan dari 5 juta  badan usaha yang mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak, baru 520 ribu atau 10,4 % saja yang membayar pajaknya. Penerimaan pajak penghasilan (pph ) turun dari Rp 584.9 triliun menjadi Rp 530,7 triliun, turun Rp 54,1 triliun ditambah kasus korupsi yang terjadi di Dirjen Pajak.

Berdasarkan pemeriksaan BPK 2012, dana bantuan sosial yang bermasalah sebesar Rp 31,66  triliun, jadi  aparat yang korup yang jadikan rakyat sengsara. Untuk itu, masih banyak cara untuk menekan defisit anggaran.

3. Pemerintah gagal dalam mengelola kebijakan energi.

Pemerintah telah mengorbankan rakyat untuk kepentingan asing, karena minyak yang dikelola oleh pertamina hanya sekitar 14% dari total yang ada dan selebihnya dikuasai swasta dan asing, sehingga Indonesia harus mengimpor minyak, di saat yang sama Indonesia juga mengekspor. Pemerintah juga tidak serius membangun kilang minyak untuk meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dan tidak serius menyiapkan gas sebagai energi alternatif.

4. BLSM adalah pil pahit bagi rakyat miskin

Dengan pemberian BLSM Rp 150 ribu per bulan untuk setiap keluarga, artinya tiap keluarga dengan empat orang dapat bantuan Rp 1.250 per orang per hari. Sedangkan kenaikan BBM Rp 2.000 per liter,  ditambah naiknya harga sembako, transportasi, dan kontrakan yang bila dihitung tidak akan kurang dari Rp 400 ribu per keluarga.

Rakyat miskin akan tekor Rp 250 ribu per bulan bila subsidi BBM diganti BLSM. BLSM hanya diberikan selama empat bulan. Sedangkan imbas dari kenaikan BBM akan selamanya dirasakan rakyat miskin dan buruh. Apalagi, kenaikan harga BBM ini menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri,  pasti kenaikan harga akan berlipat-lipat.

5. Pemberian BLSM sarat kepentingan politis.

Pemberian BLSM sebagai penganti subsidi BBM kepada rakyat miskin sarat kepentingan politis, pemberian BLSM ini akan dimanfaatkan partai penguasa untuk menarik dukungan masyarakat, kenaikan harga BBM dan pemberian BLSM hanya untuk kepentingan para politisi dan pencitraan para pejabat di mata rakyat.

Sekadar informasi, pemerintah memastikan akan menaikkan harga BBM subsidi jenis premium dan solar pada pekan ini. Rencananya harga premium akan naik Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.500 per liter. Saat ini kedua jenis BBM tersebut dijual dengan harga Rp 4.500 per liter. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.