Sukses

Koran Bekas Jadi Punya Nilai Jual di Tangan Haerani Erlina

Berawal dari keisengan karena melihat banyaknya koran yang menumpuk dan tidak terpakai coba dimanfaatkan jadi barang bernilai jual.

Berawal dari keisengan karena melihat banyaknya koran yang menumpuk dan tidak terpakai coba dimanfaatkan oleh seorang ibu rumah tangga bernama Haerani Erlina Farida untuk dijadikan suatu barang yang menarik dan memiliki nilai ekonomi.

Belajar Otodidak

Haerani sebenarnya tidak memiliki pengalaman dalam olahan koran ini. Keterampilannya hanya didapatkan secara otodidak saja.

"Awalnya hanya iseng saja, setelah mencoba-coba untuk dibuat barang, ternyata bagus dan memiliki nilai jual, saya pikir kenapa peluang ini tidak dimanfaatkan dan akhirnya saya tekuni," katanya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Minggu (23/6/2013).

Selama 3 bulan, dia melalui proses belajar dan mencoba. Dia pun mengaku kerap menemui kesulitan saat akan membentuk koran maupun dalam hal daya tahan setelah berbentuk barang jadi. Namun karena belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, dengan sendirinya dia menemukan tips-tips untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

"Masa-masa awal banyak kesulitannya, seperti korannya yang dibasahi ternyata tidak kering merata atau ketika sudah jadi tetapi ternyata cepat rusak. Tetapi dari proses trial and error itu saya banyak belajar soal teknik-tekniknya," ujar wanita kelahiran Bandung, 29 November 1963 ini.

Setelah Haerani berhasil membuat sebuah barang dari koran bekas, dia mengaku hanya menggunakan barang hasil karyanya tersebut untuk keperluan di rumah saja, bukan untuk dijual.

Namun ide untuk menjualnya muncul ketika dirinya kedatangan tamu yang tertarik akan hasil karyanya tersebut, bahkan sampai langsung memesan. "Saya kaget campur senang, karena untuk dihargai saja saya sudah senang, tetapi malah sampai ada yang pesan," katanya.

Modal Rp 100 Ribu untuk Beli Lem dan Pelitur

Karena semakin lama semakin banyak pesanan, pada tahun 2010 dengan modal uang sebesar Rp 100 ribu, Haerani pun mulai menekuni usaha olahan koran bekasnya ini. Uang modal yang terhitung kecil tersebut hanya dia  digunakan untuk membeli lem dan pelitur. Hal itu karena memang peralatan yang digunakan cukup sederhana dan bahan bakunya hanya berupa koran bekas yang bisa didapatkan secara cuma-cuma.

Meski menggunakan peralatan yang sederhana, namun proses pengolahan koran bekas ini terhitung cukup rumit dan membutuhkan kesabaran. Koran yang ada dipotong, dilipat kemudian dicelupkan kedalam air dan ditiriskan selama 12 jam, setelah itu koran dipintal hingga membentuk seperti tali dan mulai dibentuk sesuai barang yang ingin dibuat.

Setelah menjadi barang tertentu kemudian diperkuat menggunakan lem kayu dan tahap akhirnya diwarnai dengan pernis dan pelitur untuk kayu. "Produk ini bertahan lama walaupun terkena air, karena kita menggunakan cukup banyak lem kayu dan pelitur yang berfungsi untuk memperkokohnya," jelasnya.

Untuk membantunya dalam memenuhi target pesanan barang, Haerani pun akhirnya mempekerjakan 8 orang pengrajin. Para pengrajinnya ini membuat barang sesuai permintaan di rumah mereka masing-masing dan pendapatan yang didapat oleh tiap pengrajin pun tergantung dari seberapa banyak barang yang mampu dihasilkan.

"Kalau mereka membuat dirumah masing-masing, mereka kan tetap bisa mengurus anak dan keluarganya," ujar ibu dua anak ini.

Walaupun proses pengerjaan barang dikerjakan tanpa pengawasan langsung dari Haerani, namun dia pun menerapkannya acuan kualitas barang dengan ketat. Baginya barang dihasilkan oleh para pengrajinnya tersebut harus sesuai dengan standar telah dia tetapkan agar para pembeli tidak merasa kecewa akan produknya.

Omzet Rp 5 Juta per Bulan

Sampai saat ini, ada beragam barang telah dibuat oleh Haerani dan pengrajinnya, antara lain tempat sampah, vas bunga, tempat tisu, tempat payung, karpet, tempat aksesoris, tas, penutup makanan, keranjang, bingkai foto, alas piring dan lain-lain.

Harga yang dipatok mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 400 ribu tergantung ukuran dan kerumitan dari suatu barang. Untuk barang yang berukuran kecil, Haerani dan pengrajinnya mampu menghasilkan sekitar 30 barang per hari, sedang yang berukuran besar bisa menghasilkan kurang lebih 10 produk per hari dengan omzet berkisar Rp 5 juta per bulan.

Untuk pemasaran barangnya, menurut Haerani saat ini masih merambah wilayah Jakarta dan sekitarnya. Biasanya pembeli datang langsung ke workshop miliknya atau membelinya pada saat pameran.

Selain memajang barang buatannya, di workshop yang berada dirumahnya tersebut, Haerani juga memberikan pelatihan kepada para tamu atau pembeli yang ingin belajar cara membuat olahan koran bekas ini. Biasanya dia memberikan pelatihan selama 3 jam yang dia isi dengan praktek tentang teknik-teknik cara membuat kerajinan tersebut.

Dengan kreatifitas Haerani ini, dia pun didaulat menjadi ketua dari Komunitas Daur Ulang Indonesia. Dia juga pernah diikutsertakan oleh pemerintah dalam pameran berlangsung di Hong Kong beberapa waktu lalu dan rencananya juga berangkat ke Jepang pada tahun depan.

Kendala di Musim Hujan

Dalam merintis usahanya ini, Haerani merasa hampir tidak memiliki kendala. Dia hanya sedikit terhambat saat datang musim hujan karena akan mengganggu dalam proses pengeringan barang-barang kerajinannya. Hal ini karena proses pengeringan barang-barangnya tersebut masih dilakukan secara alami yaitu menggunakan panas matahari secara langsung.

Moment yang paling dia tunggu yaitu pada saat pameran dan jelang lebaran karena pada saat itu biasanya penjualannya akan meningkat, walaupun dia mengaku bahwa barang hasil karyanya tersebut tidak pernah sepi pembeli.

"Paling yang sedikit menurun penjualannya yaitu pada saat musim hujan, karenakan proses pengeringanya lama sehingga menghambat produksi, ini biasanya terjadi pada awal-awal tahun," jelasnya.

Namun hal tersebut tidak pernah membuatnya berhenti berproduksi. Bagi Haerani, dengan berkreasi seperti ini, dirinya bisa membuka lapangan pekerjaan serta bisa memanfaatkan koran bekas agar tidak hanya menjadi tumpukan sampah tetapi menjadi barang yang mampu memberikan manfaat bagi orang banyak.

Menurutnya, setiap kreatifitas harus disertai dengan kemauan serta ketekunan agar dapat berkembang.

"Untuk menggeluti kerajinan seperti ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang luar biasa, namun jika kita melihat dari tumpukan koran yang bisa berubah menjadi barang-barang yang unik dan mempunyai nilai estetis, disitu baru kita rasakan ada kepuasan tersendiri," tandas Haerani. (Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.