Sukses

Bagaimana Cara Pertamina Hitung Harga Jual BBM?

Naiknya harga BBM bersubsidi memicu pertanyaan proses penetapan harga jual BBM di tanah air. Bagaimana sebetulnya cara hitung Pertamina?

Perdebatan panjang soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melahirkan sejumlah pertanyaan terutama sekitar harga pokok produksi maupun harga jual BBM oleh PT Pertamina (Persero). Pasalnya banyak kalangan yang menganggap bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini tidak transparan dalam persoalan harga tersebut.

Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menjelaskan, pemerintah telah mematok harga penjualan BBM di tanah air berdasarkan patokan minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

"Dia menghitung kasar, minyak sebanyak 1 juta barel yang bisa diolah hanya 159 liter dan yang jadi BBM hanya 135 liter atau 85%. Dengan harga ICP US$ 100 per barel dan hasil pengolahan BBM tersebut didapatkan angka Rp 7.400 per liter sebagai biaya produksi," terang dia saat ditemui usai hadir di acara Dialog Publik Subsidi BBM dan Kejahatan Konstitusional di Jakarta, Jumat (28/6/2013).

Biaya produksi tersebut, belum termasuk biaya pengolahan yang rata-rata mencapai 15% dari harga pokok BBM. Dengan begitu, harga jual bisa dipastikan melebihi biaya produksi.

Dengan harga jual BBM bersubsidi yang berlaku saat ini sebesar Rp 6.500 per liter untuk premium dan solar Rp 5.500 per liter, artinya masih ada selisih yang ditutupi dari subsidi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Ali menambahkan, dari total produksi minyak Indonesia yang ditargetkan sebanyak 830 ribu barel per hari, Indonesia ternyata hanya mendapatkan 600 ribu barel per hari. Sedangkan sisanya merupakan bagian dari kontraktor.

"Dari 600 ribu barel itu, yang bisa diolah jadi BBM hanya 85% atau sekitar 510 ribu barel per hari. Sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai 1,3 juta barel per hari sehingga Pertamina harus mengimpor minyak mentah 300-350 ribu barel dan sisanya impor BBM yang sudah diolah (jadi). Kapasitas pengolahan kilang minyak kami cuma 1 juta barel," tukasnya.

Dari kondisi itu, lanjut Ali, impor BBM merupakan suatu keniscayaan yang memang harus dilakukan oleh Indonesia dengan ekonomi yang terus berkembang. Namun dia memastikan bahwa kualitas BBM Pertamina masuk dalam spesifikasi Ditjen Migas.

"Seluruh produksi BBM kami sudah masuk spesifikasi. Jadi tidak mungkin lebih jelek kualitasnya dari standar yang telah ditentukan," tegas dia.(Fik/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini