Sukses

Resep Brilian Dokter THT Sembuhkan Kemacetan Ibukota

10 konsep teprilih sebagai pemeang sayembara solusi kemacetan Jakarta. Uniknya ide seorang Dokter THT ikut jadi pemenang. Apa idenya?

PT Jasa Marga (Persero) telah menetapkan 10 pemenang sayembara solusi kemacetan kota jakarta yang pernah disayembarakan sejak tiga bulan yang lalu. Sebanyak 10 konsep ditawarkan sejumlah kalangan masyarakat dan dari berbagai profesi untuk memberikan ide kreatif dan tak lazim guna mengurai permasalahan kemacetan yang makin kronis di ibukota, khususnya di jalan bebas hambatan.

Dari 10 usulan yang menjadi pilihan pengelola jalan tol pemerintah itu, muncul salah satu sosok yang sebetulnya kurang meyakinkan dari segi profesi. Mukhtar Yusuf, seorang pria dengan profesi dokter spesial Telinga, hidung, dan Tenggorokan (THT) menawarkan ide bagi Jasa Marga dalam menyelesaikan masalah kemacetan ibukota.

Dalam proposalnya, Mukhtar mengusulkan kepada Jasa Marga untuk memindahkan posisi pintu masuk tol sebelum persimpangan dan pintu keluar tol setelah persimpangan.

Ide tersebut tak muncul begitu saja. Mukhtar menelurkan ide setelah dirinya berkali-kali berpindah tempat tinggal dari beberapa kota di Jakarta. "Saya kebutulan tahun 80-an tinggal di Setiabudi, tahun 90-an tinggal di Klender, lalu sekarang di Pancoran, jadi setidaknya tahu tentang Jakarta ini," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta (4/7/2013).

Dari pengalamannya, sejak jalan tol ruas dalam kota dibangun, pembangunan jalan yang digadang anti macet tersebut justru menjadi pemicu macet di jalur pintu gerbang kendaraan. Pemicunya, pembangunan gerbang masuk setelah persimpangan akan menimbulkan kemacetan dan semakin parah seiring terus bertambahnya jumlah penduduk ibukota.

"Kenapa bikin jalan tol kok begini, pintu keluarnya menjelang persimpangan dengan desain pintu keluar begitu sejak awal sudah menyadari bakal macet nantinya," kata pria yang kini berusia 67 tahun itu.

Ditengah kesibukannya sebagai dokter yang memiliki tempat praktek di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Mukhtar mengaku mengetahui adanya sayembara melalu koran.

"Dari dulu sebenarnya saya memikirkan itu, cuma tidak ada jalan menyampaikan usul saya itu. Setelah membaca sayembara ini di koran itu saya langsung ikut,"ungkapnya.

Saat ditanyakan mengenai rencana penggunaan uang Rp 10 juta yang diperolehnya dari hasil sayembara tersebut, Mukhtar berpikir untuk menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Untuk keluarga dan cucu cucu saya saja nanti," pungkasnya. (Yas/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.