Sukses

RI Segera Miliki Pabrik Pertama Pengolah Bauksit Jadi Alumina

Harita Group menggandeng perusahaan China, Hongqiao membangun pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina senilai US$ 1 miliar.

Perusahaan pengolahan bahan tambang Indonesia akan bertambah. Harita Group melaporkan telah menjalin kerjasama dengan perusahaan asal China, Hongqiao yang bergerak di usaha pengolahan dan pemurnian bauksit untuk memulai pembangunan tahap pertama pabrik smelter alumina di Ketapang, Kalimantan Barat.

Nilai investasi pabrik mencapai US$ 1 miliar dengan kapasitas produksi mencapai 2 juta ton per tahun. "Peletakan batu pertama pembangunan pabrik smelter tersebut pada pertengahan Juli 2013," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ansari Bukhari, Jumat (5/7/2013).

Dia mengatakan hal ini sejalan dengan rencana pemerintah terus mendorong program hilirisasi di industri berbasis mineral.

Hal ini juga sesuai Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (minerba) terkait kewajiban pengusaha untuk melakukan program peningkatan nilai tambah produk minerba dengan membangun pabrik pengolahan atau smelter di dalam negeri paling lambat tahun 2014.

Dia berharap pabrik smelter alumina yang merupakan perusahaan joint venture antara Harita Group dengan kepemilikan saham 30% dengan perusahaan asal China Hongqiao yang memiliki 70% saham, dapat memenuhi kebutuhan alumina dalam negeri sebanyak 500 ribu ton per tahun.

“Kalau pabrik smelter ini sudah jalan merupakan pabrik pertama di dalam negeri yang memproses bauksit menjadi alumina. Selama ini mereka ekspor bauksit ke China," ungkap dia.

Untuk mendukung pembangunan pabrik ini, Ansari mengungkapkan jika  Harita Group mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas tax holiday dan dukungan ketenagakerjaan.

“Pengajuan tersebut kami akan pelajari sesuai aturan yang berlaku dan pada prinsipnya kami akan terus dukung program hilirisasi minerba agar bisa segera dilaksanakan,” tambah dia.

Dia kembali menyatakan melalui pembangunan smelter alumina dapat mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat struktur industri alumunium yang terintegrasi antara industri hulu dan hilir.

CEO Harita Group Lim Gunawan Hariyanto mengatakan, nilai investasi pembangunan pabrik akan dibangun dalam dua tahap.

Tahap pertama ditargetkan selesai pada pertengahan 2015 untuk produksi alumina sebanyak 1 juta ton dan 1 juta ton lagi pada tahap kedua yang diharapkan selesai pada 2016.

“Alumina tersebut akan kami prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama untuk suplai ke PT Inalum. Kalau ada sisanya, baru kami ekspor. Harga akan disesuaikan market. Sedangkan, target penyerapan tenaga kerja sebanyak dua ribu orang,” tutur dia. (Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.