Sukses

Wawancara Khusus Dahlan Iskan(5): Tak Apalah Dibilang Pencitraan

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku semua tindakan yang dilakukannya adalah apa adanya, tanpa pencitraan. Bagaimana sosok Dahlan sebenarnya?

Siapa yang tak kenal Dahlan Iskan, seorang Menteri yang cukup nyentrik dalam memimpin Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membawahi ratusan perusahaan pelat merah dengan total aset Rp 3.522 triliun pada akhir 2012.

Tindak tanduk Pria Kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951 ini, seolah menjadi perhatian. Pernyataan-pernyataannya, penampilannya, hingga tindakannya yang sangat spontan dan tak terduga dalam mengurusi 142 BUMN cukup menyita perhatian publik.

Dahlan mengaku semua tindakan yang dilakukannya adalah apa adanya dan tanpa pencitraan.

Ditemui Nurseffi Dwi Wahyuni dari Liputan6.com, Dahlan blak-blakan cerita soal bagaimana dirinya sebenarnya. Penasaran?

Berikut petikan hasil wawancaranya seperti ditulis Jumat (12/7/2013):

Anda itu sebenarnya kepribadiannya seperti apa?

Seperti Dahlan, saya sejak dulu ya begini. Misalnya, saya hampir tidak pernah di kantor, jalan terus orang nilai itu karena mau pencitraan. Kenapa dulu saya waktu di PT PLN (Persero), saya juga jarang di kantor keliling Indonesia, tidak habis-habis kenapa tidak disebut dari dulu pencitraan. Tapi tidak apa-apalah.

Soal ada yang menilai Anda terlalu sering pencitraan, bagaimana tanggapan Anda?

Tidak apa-apa. Yang penting niatnya kerja.

Selain istri, adakah sahabat yang paling mengerti sifat dan sikap bapak? Siapakah dia?

Istri saya juga belum tentu paling mengerti. Hehehe.. bercanda-bercanda. Istri saya paling ngertilah. Anak saya ngerti sekali. Ya direktur-direktur saya mengerti sekali karena puluhan tahun bersama. Kalau direktur BUMN kan baru sebentar.

Direktur Keuangan di perusahaan pribadi saya sangat mengerti. Dia tahu saya tidak pernah mau perhatikan uang.

Siapa orang yang paling Anda kenang sampai saat ini?

Dalam hal jurnalistik, filsafat hidup itu itu Pak Goenawan Mohamad, karena termasuk saya tidak mau hidup mewah, itu antara lain karena saya malu dengan Pak Goenawan Mohamad.

Dari sisi perusahaan yaitu Almarhum Eric Samola. Saya belajar bisnis, leadership dari dia, manajemen dari dia. Dia yang belajar dari Ciputra. Jadi saya secara tidak langsung cucu Ciputra.

Kalau sosok yang Anda kenang dan bisa bikin Anda menangis?

Ibu. Ibu saya karena meninggal pas saya kelas 6 Sekolah Dasar. Yang hidupnya sangat menderita, kok tidak sempat ya menikmati sukses yang saya alami, yang itu juga berkat beliau.

Kedua, penyakit yang beliau meninggal itu luar biasa sederhananya kalau dilihat dari kacamata saya sekarang, baik dari sisi pengetahuan dan biaya. Ibu saya meninggal karena sakit kista, perutnya besar isinya air, airnya dikeluarkan, besar lagi.

Kita kan tinggal di desa dibawa ke dukun. Saya pernah ikut, nginap di rumah dukun sampai 5 hari. Kalau ingat itu saya nangis, dan dukunnya itu di desa yang kalau pergi ke rumah dukunnya, jalan kaki selama 5 jam. Ibu digendong bapak. Kalau capai, kami duduk di pinggir sungai dan jalannya becek sekali. Sekarang mudahnya sekali, tidak perlu opname malah.

Apakah saat ini adalah masa terbaik hidup Anda, atau Anda ingin mengulang masa lalu yang belum sempat dilakukan dulu, atau ingin melakukan sesuatu di masa depan?

Masa terbaik saya dalam artian happy ya, itu waktu saya jadi pimpinan redaksi Jawa Pos ya. Karena saya punya otoritas yang sangat mutlak, tak punya atasan. Karena waktu itu saya merangkap direktur utama, pimpinan redaksi dan pemegang sahamnya ikut apa kata saya dan keinginan saya. Rapat pemegang saham paling cuma 5 menit-10 menit, karena apapun yang saya usulkan, saya putuskan mereka langsung setuju.

Kemudian mengembangkan apa saja, mau nutup perusahaan, mau buka perusahaan itu bisa kapan aja, tidak perlu pakai Surat Keputusan, tidak perlu pakai prosedur tanpa beban. Nanti kalau rugi, ah kita balas dendam bikin perusahaan lagi.

Kalau sekarang apa-apanya begitu banyak, prosedurnya begitu sulit. (Ndw/*)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.