Sukses

Harga Tinggi, Hatta Khawatir Menu Daging Hilang Saat Lebaran

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku heran dengan kenaikan harga daging yang masih tinggi padahal upaya menambah pasokan terus ditambah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengaku heran dengan harga daging sapi yang tak kunjung turun di pasaran padahal upaya memasok daging sudah dilakukan. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap konsumsi daging oleh masyarakat.

"Impor daging sapi sudah berjalan dan dilakukan Perum Bulog. Sekarang  sedang dievaluasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengecek ketersediaan di dalam negeri. Saya bertanya-tanya mengapa harga daging belum turun apakah suplainya tidak cukup. Kalau belum, ya ditambah," papar dia saat ditemui di Yogyakarta, Minggu (7/7/2013)

Hatta mengaku prihatin dengan kondisi tersebut karena akan menggerus daya beli masyarakat. Penurunan harga daging sapi di pasar bergerak melambat, dan masih ada harga daging yang bercokol di kisaran Rp 90 ribu per kilogram (kg).

Kondisi ini tidak sejalan dengan komitmen pemerintah yang sedang berupaya menggenjot peningkatan konsumsi daging.

"Kalau harga daging tinggi, kasihan rakyat yang mau makan daging saat puasa dan lebaran. Kalau tinggi terus bisa bisa menurunkan konsumsi per kapita, padahal kami ingin meningkatkan konsumsi daging supaya rakyat bisa memenuhi sumber protein hewani," tutur dia.

Pemerintah, tambah Hatta, telah menunjuk Bulog untuk melakukan impor daging sekitar 3.000 ton dan bakal didistribusikan melalui operasi pasar yang mencakup seluruh wilayah di Indonesia.

"Sudah diimpor tapi belum masuk. Persoalan harga menjadi perhatian kami, karena kalau harga daging mahal, itu tidak baik," ucapnya.

Dia berharap, dengan membuka keran impor, harga daging sapi di pasaran akan turun menjadi Rp 80 ribu per kilo pada bulan puasa dan setelah Ramadhan semakin susut di kisaran Rp 75 ribu- Rp 76 ribu per kg.

Di sisi lain, Hatta memastikan ketersediaan kebutuhan pokok sangat cukup jelang puasa. Pemerintah tengah berupaya mengendalikan laju inflasi melalui kebijakan impor untuk menambal kekurangan pasokan.

"Tapi tetap menjaga harga di kalangan petani, karena memang kami mendapat laporan dari Menteri Pertanian bahwa ada keterlambatan panen bawang, sehingga harganya naik sekitar Rp 30 ribu- Rp 35 ribu," jelasnya.

Dia menghimbau kepada Kementerian terkait untuk melakukan kebijakan yang tepat agar tidak terjadi kenaikan harga berlebihan, namun impor dihentikan apabila masa panen tiba.(Fik/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini