Sukses

Ada Apa dengan Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100 ribu/Kg?

Harga cabai rawit merah benar-benar bikin pembeli menjerit. Tak tanggung-tanggung harganya kini setara dengan harga daging di pasaran.

Harga cabai rawit merah benar-benar bikin pembeli menjerit. Tak tanggung-tanggung, harga per kilonya kini mencapai Rp 100 ribu yang setara dengan harga daging di pasaran.

Ada apa dengan cabai rawit merah?

Tingginya harga cabai di pasaran hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) bukan tanpa sebab. Kondisi ini, menurut Ketua Dewan Hortikultura Indonesia, Benny Kusbini akibat kegagalan panen di tingkat petani.

"Harga mahal karena barang tidak ada, di mana petani gagal panen karena cuaca kemarau basah," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (16/7/2013).

Dia menceritakan, petani telah mengalami kegagalan panen sejak Desember 2012 sampai Januari 2013. Petani pun kemudian menanam kembali pada bulan Maret dan April dengan harapan memenuhi pasokan sayur dan buah saat pelaksanaan Ramadan dan Lebaran yang jatuh pada Juli dan Agustus.

Namun, di luar prediksi ternyata kondisi cuaca yang disebut kemarau basah membuat petani gagal panen. Akibatnya pasokan cabai dan beberapa komoditas lain, tak sesuai harapan. Di sisi lain, kebutuhan bahan pokok, salah satunya cabai meningkat saat Ramadan dan Lebaran ini.

"Jadi jangan sampai saling tuding karena memang antara barang tersedia dengan tingkat kebutuhan berbeda jauh, harga jadi mahal," tegas dia.

Dia menuturkan akibat kegagalan panen ini, harga cabai di tingkat petani saja sudah mencapai Rp 40 ribu per kg. Jika ditambah dengan berbagai biaya distribusi dan lainnya, harga cabai memang bisa mencapai lebih dari Rp 50 ribu per kg.

Dia mengaku sudah memperingatkan soal kondisi pasokan sayur dan buah jauh-jauh hari kepada pemerintah. Melalui instansinya, pemerintan diminta untuk mengambil langkah antisipasi agar tidak terjadi kekisruhan pasar karena harga komoditas pertanian yang mahal terutama menjelang Ramadan dan Lebaran. Namun, ternyata pemerintah tak menggubris peringatan tersebut.

Dengan kondisi ini, dia menilai langkah impor menjadi satu-satunya jalan. Namun, hal ini hanya dalam jangka pendek. Pada jangka panjang, pemerintah harus mengambil langkah antisipasi agar produksi cabai tak mudah terpengaruh iklim. (Nur/*)










* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.