Sukses

Restoran Cepat Saji Pilih Pekerjakan Robot Ketimbang Manusia

Robot menjadi tren baru di kalangan para pengusaha makanan cepat saji untuk mengganti tugas manusia di sejumlah restoran.

Robot menjadi tren baru di kalangan para pengusaha makanan cepat saji untuk mengganti tugas manusia di sejumlah restoran. Robot merupakan pegawai tidak pernah mengeluhkan jumlah jam kerja dan bayaran yang diperolehnya.

Dalam beberapa bulan terakhir,  seperti dilansir dari Business Insider, Jumat (19/7/2013), tak sedikit pegawai restoran makanan cepat saji berhenti dari pekerjaannya. Kebanyakan berdalih gaji yang rendah dan pekerjaan tersebut tak memberikan banyak manfaat.

Restoran cepat saji di Jepang, China dan Inggris mulai merintis penggunaan robot untuk memasak. Banyaknya penciptaan robot dalam beberapa tahun terakhir, memberikan berbagai keuntungan bagi pemiliknya. Robot-robot tersebut diminta mengerjakan sejumlah tugas berat, mengantar obat di rumah sakit.

Tak hanya itu,  dia juga mampu menyajikan sushi atau mie di beberapa outlet makanan Asia. Di beberapa kasus, para konsumen memesan makanan lewat mesin layar sentuh sekaligus menjadi perintah khusus agar si robot menyiapkan pesanannya.

Hal ini menjadi alasan utama perusahaan-perusahaan makanan cepat saji Amerika akang mengadopsi sejumlah robat. Robot restoran cepat saji terbaru adalah pengiris mie `Chef Cui` di China yang dibeli seharga US$ 2 ribu (Rp 20,1 juta). Dibandingkan dengan koki manusia untuk posisi yang sama, pihak restoran harus membayar sekitar US$ 4.700 (Rp 47,2 juta) setiap tahun di China.

Bagi Liu Maohu, pemilik restoran mi di Beijing, langkah mempekerjakan robot daripada manusia merupakan keputusan mudah. "Koki robot dapat mengiris mi lebih baik dari manusia," unghapnya. Harganya juga diakuinya lebih murah dibanding menggaji manusia.

Laporan dari perusahaan konsultasi McKinsey & Company menyatakan, pada 2025 mendatang satu dari delapan pekerjaan jasa komersial akan dilakukan oleh robot. Sementara untuk manufaktur, pengemasan, konstruksi dan pengelolaan, mungkin skalanya hanya satu banding empat. Menurut McKinsey, untuk mencapai target tersebut, sejumlah perusahaan akan berinvestasi sebesar US$ 1,4 triliun atau sekitar US$ 14 ribu triliun.

Tahun lalu, para pekerja di Amerika berhenti dari pekerjaan karena gaji rendah. Mereka biasanya digaji hingga US$ 15 per jam.

"Hal yang paling menyedihkan adalah sekitar 10 tahun dari sekarang, robot akan menggantikan peran manusia, dan para pekerja dengan kemampuan minim akan sulit mendapat pekerjaan," tutur John Curley penyiar Radio KIRO di Seattle, mengingat berbagai protes yang terjadi di restoran cepat saji di kampung halamannya.

Ditulis dalam e-mailnya pada AOL Jobs, Wakil Presiden National Restaurant Association (NRA) Hudson Riehle mengatakan, robot tak akan menggeser peran manusia di industri tersebut. Dia mengatakan pendekatan pribadi sangat penting dalam industri ini. Dia membenarkan, proyek-proyek NRA di industri makanan cepat saji terus berkembang dalam sepuluh tahun mendatang dan akan menambah jutaan pekerjaan baru pada 2023.

Curley dalam keterangan persnya mengatakan McDonald's dan perusahaan sushi Jepang, Kura akan mengganti pekerja manusia dengan robot. McDonald's tercatat memasang 7 ribu layar sentuh untuk menampung permintaan konsumen. Tentu saja, langkah ini mengurangi kebutuhan tenaga kerja.

Sementara itu, di sebuah perusahaan di San Francisco, Momentum Machines, sudah menciptakan robot rakitan yang bisa membuat 360 harburger dalam sejam. Menurut Digital Trends, perusahaan tersebut mengatakan, alatnya mampu membuat outlet-outlet makanan cepat saji menghemat hingga US$ 135 ribu per tahun. Jumlah itu didapat dari pengurangan gaji tenaga kerja. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini