Sukses

[VIDEO] Cara Mencari Modal untuk Usaha

Selain punya mental yang kuat dan berani gagal, menjadi wirausaha juga diperlukan modal. Bagaimana kita mencari modal usaha?

Selain punya mental yang kuat dan berani gagal, menjadi wirausaha juga diperlukan modal. Bagaimana kita mencari modal usaha?

Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno CFP (Certified Financial Planner) memberikan tips-tips bagaimana cara mencari modal untuk usaha.

Berikut wawancara khusus Mike Rini Sutikno dengan Liputan6.com seperti ditulis Rabu (14/8/2013):


Kendala utama memulai usaha adalah modal, bagaimana cara menyisiati ketakutan orang akan modal ini?


Salah satu hal lain selain masalah keberanian, permodalan juga menjadi momok kebanyakan orang yang menghalangi mereka untuk segera memulai bisnisnya. Padahal yang namanya permodalan ini sangat bisa disiasati sehingga jumlahnya tidak harus besar.

Jadi permodalan ini sebenarnya betul-betul bisa dihemat, nah yang harus dilakukan adalah menentukan sebenarnya bisnis yang akan dijalankan ini jenisnya apa dulu. Kategori bisnisnya apa dulu. Sehabis itu baru bisa hitung permodalan yang dibutuhkan itu berapa. Karena tiap kategori industri itu permodalannya beda-beda.

Kemudian menentukan skala bisnisnya. Anda mau mulai dulu skala kecil rumah tangga atau langsung skala besar. Kalau skala bisnis rumah tangga, permodalannya tentu lebih kecil dibandingkan skala bisnis yang besar. Kemudian habis itu menghitung secara lebih detail lagi permodalan bisnis ini apa.

Bisnis itu untuk awal dibagi dua. Pertama untuk start-up nya dulu, mulainya dulu, jadi ada biaya yang hanya sekali saja dikeluarkan di depan. Contohnya biaya untuk tempat, apakah anda beli atau sewa? Lalu biaya untuk peralatan-peralatannya dan biasanya beli saja sekali di depan dan mungkin sepuluh tahun lagi baru beli lagi. Nah itu modal awal.

Kemudian mungkin perizinan. Perizinan mungkin sekali saja di depan. Biaya-biaya sekali di depan ini adalah biaya modal awal. Selain itu kita juga harus persiapkan modal operasional. Modal operasional ini adalah sebuah cadangan karena yang namanya bisnis ketika di awal belum tentu dia akan menghasilkan omzet sesuai dengan target. Belum tentu juga dia menghasilkan keuntungan karena usaha Anda baru saja dimulai atau dikenal orang, adi belum tentu ada pembelinya.

Terus siapkanlah karena kurang lebih tiga bulan untuk  biaya operasional. Operasional ini bisa ada biaya tetap bisa juga biaya tidak tetap. Biaya tetap ini biasanya bahan baku. Anda beli bahan baku kan sesuai dengan produksi yang mau Anda buat berapa. Kalau yang pesan belum banyak, berarti kan beli bahan bakunya tidak perlu banyak.

Kemudian juga selain bahan baku, karyawan, kalau pesanannya belum banyak, Anda masih bisa kerjakan sendiri, ngapain pakai karyawan. Jadi siapkanlah karyawan tetapi di awal mungkin tidak perlu ada bayar karyawan. Tetapi uang untuk gajiannya bisa Anda taruh terlebih dahulu. Itu juga tidak terlalu besar. Kemudian listrik, telepon, dan lain sebagainya sebagai biaya tetap.

Semuanya itu harus Anda buat perhitungannya sebagai asumsi permodalan yang dibutuhkan kurang lebih berapa. Sudah di atas kertas semuanya lengkap kebutuhannya apa saja, modalnya apa saja, lalu lihat tiap pos dari kebutuhan itu mana yang bisa dihemat.

Contoh peralatan, beli baru sama beli second, kan harganya beda. Apakaha ada di rumah peralatan yang bisa digunakan untuk bisnis kan bisa pakai peralatan di rumah. Apakah tempat harus beli, kan bisa sewa, kalau nggak bisa sewa, bisa juga di rumah. Apakah harus ada perizinan, nah kalau skala kecil kan tidak perlu perizinan, paling izin RT/RW.

Jadi di hitung terlebih dahulu secara keseluruhan barulah setiap pos permodalan kita bisa lihat, mana yang  dihemat. Kemudian mengenai sumber. Penghematan dari sumber sudah, jumlah permodalan sudah, sekarang siapa yang mau sediakan nih modal ini. Misal modalnya ada Rp 15 juta, saya punya Rp 7 juta sisanya dari mana? barulah bermitra. Bermitra siapa sih yang punya visi yang sama. Makanya pertanyaan sebelumnya mengenai mitra seperti apa, itu sudah harus diidentifikasi. Kalau kita butuh permodalan, carilah mitra permodalan. Harus dilihat apakah mitra permodalan ini juga harus mengerjakan bisnisnya apakah dia hanya setor modal saja.


Bagaimana cara orang untuk mendapatkan akses modal? Selain mungkin dari keluarga, bank atau bagaimana?


Untuk permodalan, selain modal kita sendiri, kita juga bisa dari orang-orang terdekat kita sendiri seperti orangtua, atau mertua, kakak, adik dan saudara. Dari lingkaran luar yaitu teman-teman atau networking. Teman ini bisa teman sekantor, teman SMA. Tetapi hati-hati dalam memilih mitra individual, karena harus dipastikan betul bahwa permodalan yang diberikan atau dikontribusikan dalam bisnis kita ini bukanlah uang yang sewaktu-waktu harus dipakai untuk kebutuhan pribadinya. Itu bisa membahayakan bisnis, karena bisnis kan modalnya harus ditanam, yang dikembalikan atau dibagikan adalah hasil dari usaha. Sehingga modal mitra kita ini harus betul-betul nganggur, dan didedikasikan untuk bisnis kita. Jangan diambil, kalau diambil bisnisnya bisa berhenti.

Sekarang modal di luar tadi, permodalan dari sumber individu, ada bank yang sifatnya, kita posisinya sebagai debitor atau peminjam. Ini tidak masalah, bisnis kita mau jalan atau tidak. Yang penting tiap bulan, kita cicilan. Bisnisnya mau jalan atau tidak yang penting lancar saja cicilannya, hubungan Anda aman dengan bank Anda. Skema pinjaman lain.

Selain dari bank Anda bisa juga ada beberapa perusahaan dengan program-program CSR sebenarnya, juga Kementerian Koperasi dan UKM itu menyalurkan permodalan-permodalan. Nah permodalan ini biasanya ada skemanya, tidak langsung diberikan kepada individu langsung. Misalnya kalau Kementerian UKM dan Koperasi dia menyalurkannya pada koperasi-koperasi juga kerjasama dengan koperasi-koperasi, jadi disalurkan untuk anggota si koperasi tersebut.

Dengan demikian jika Anda membutuhkan permodalan selain individu dan bank, Anda bisa menjadi anggota suatu koperasi tertentu. Anda bisa koperasi di perusahaan Anda, bisa kooperasi di swasta. Selain itu ada juga program CSR contohnya dari BUMN. BUMN ini dia punya program biasanya untuk permberdayaan masyarakat, namun tujuan dari  CSR program dari BUMN ini biasanya terkait dengan lingkungan sekitar media. Misalnya BUMN yang bergerak di bidang energi.

Masyarakat di sekitar itu katakan tambangnya itulah yang diberdayakan biasanya. Jadi terkait dengan masyarakat dimana si BUMN ini beroperasi. Ada juga BUMN-BUMN yang tidak harus katakan, bekerja sama hanya dengan masyarakat sekitar. Biasanya ada program-program khusus tertentu yang masyarakat pun boleh ikut serta berpartisipasi atau ikut dalam program pemberdayaan ekonomi tersebut. Contohnya dari bank-bank ada semacam kompetisi kewirausahaan, pemenangnya kemudian mendapatkan permdoalan. Selain permodalan juga mendapatkan pendampingan usaha.

UKM di indonesia harus punya sense of competition, jadi jangan cuma minta saja tapi buktikan kita itu worthed mendapatkan permodalan dan bimbingan supaya usaha kita bisa berkembang. Bagusnya lagi, program seperti ini tidak harus usaha yang sudah jalan, kadang-kadang baru ide bisnisnya saja dan dibuktikan bahwa ide bisnis ini bisa dikomersialisasikan itu bisa mendapatkan permodalan. Tapi terlebih dulu Anda harus  mengasah sense of competition. Anda harus cari dimana kompetensi-kompetensi itu ada dan kemudian ikuti sesuai dengan aturan mainnya.


Kalau misalnya ada yang mau berbagi modal dengan kita, apa saja yang harus disepakati kedua belah pihak dalam menjalani bisnis?


Kesepakatan untuk pembagian modal, yang pasti secara standar, hak dan kewajiban ini harus diterjemahkan ya. Diterjemahkannya begini, haknya itu tiap pemodal adalah mendapat bagi hasil atau reward sesuai dengan kontribusinya. Nah, reward ini apakah misalnya, satu bentuknya apakah pinjaman, berarti bayar bunga, bunganya ini berapa. Itu kesepakatan, kalau bukan pinjaman, berarti permodalan. Nah permodalan ini apakah dia harus memiliki usahanya ataukah hanya per projek saja.

Contoh, misalnya usaha handycraft, kerajinan tangan mendapat pesanan yang biasanya 300 harus mengerjakan 1000. Bahan bakunya harus mendapatkan tambahan modal. Apakah proyek ini bisa ditawarkan kepada seorang pemodal tertentu untuk memenuhi 1000 pesanan itu saja. Keuntungan dari 1000 pesanan inilah yang kemudian dibagikan sesuai dengan proporsinya, sesuai dengan kesepakatannya.

Ada lagi yang ikut memiliki bisnis, jadi ada proyek atau tidak ada proyek, dia injeksi langsung atau suntik langsung pada permodalan tersebut, dari seluruh kegiatan usahanya inilah yang dibagikan. Hasil keuntungannya yang mana skema yang Anda pilih. Itu bukan tergantung dari kemauan si investor, tapi Anda terlebih dahulu maunya apa, Anda boleh coba dengan per proyek dulu. Nah begitu Anda aman, untuk berkembang, Anda mungkin butuh mesin dan sebagainya barulah investasi.


Jika kita ikut bisnis menanam modal, idealnya berapa lama modal itu harus kembali?


Kalau saya sebagai investor, lebih cepat lebih baik ya. Rata-rata ya kurang lebih 3 tahun. Itu saya kira jumlah waktu yang wajar untuk balik modal. Tergantung skala bisnisnya, pokoknya skala bisnisnya, rumah tangga memang lebih cepat. Kalau dia memang jadi si pemilik bisnisnya tapi kan tadi ada yang per proyek, kita injeksi per proyek, proyeknya selesai, dibayar. Mungkin itu bisa jadi tiga bulan, enam bulan.

Sebagai investor baru misalnya, Anda danai per proyek dulu jadi untuk mengasah atau membuat Anda terbiasa dulu menghadapi risiko. Anda lihat proyeknya betul, ada surat kontrak kerjanya, kemudian nanti disepakati setelah proyek berjalan Anda dibayar, kita masuk ke dalam proses seperti itu dulu, sebelum masuk ke dalam untuk memutuskan mau menjadi pemilik bisnis atau masuk ke dalam tingkat bisnisnya.

Idealnya tiga tahun. Tapi kalau tiga tahun belum balik modal, artinya bisnis ini belum efisien. Juga begini, usaha-usaha berbasis teknologi, berbasis inovasi yang harus diedukasi terlebih dahulu itu biasanya membutuhkan break event point, balik modal lebih lama, tergantung visinya apa usaha tersebut.

Karena itu kembali lagi, walaupun kita investor, ada dua jenis investor. Anda mau cari profit oriented saja, berarti per proyek itu sudah cukup. Dan kalau begitu, pilihan dari jenis bisnis yang Anda pilih, ivevstasi adalah bisnis yang sudah jalan, ekspornya sudah bagus. Kalau ada investor, ada istilahnya angel investor, dia balik modal 10 tahun lagi dia nggak ada masalah. Karena Anda tahu 10 tahun itu nilai kapitalisasinya, nilai bisnisnya jauh lebih besar, karena inovasi, karena teknologi. Dia harus sabar. Karena nggak masalah di situ, boleh Anda pilih proyek seperti itu, dengan dasarnya apa, saya punya visi yang sama. Saya suka, begitu saja. (Sis/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini