Sukses

[VIDEO] Kisah Lebaran Bersama Mesin Pembangkit ala Petugas PLN

Momen lebaran identik dengan libur panjang dan waktu berkumpul dengan keluarga. Namun, tidak semua orang bisa menikmati indahnya kebersamaan

Momen lebaran identik dengan libur panjang dan waktu berkumpul dengan keluarga. Namun, kenyataannya tidak semua orang bisa menikmatinya karena harus bertugas di hari suci itu.

Hal tersebut dirasakan para petugas operator Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Jakarta yang harus terus berjaga agar kota Jakarta tetap terang saat lebaran.

Dendi Suherman

Salah satunya, Dendi Suherman. Pria berusia 46 tahun ini harus ikhlas melewati lebaran bersama mesin-mesin pembangkit yang terus berputar di Teluk Jakarta tersebut.

Saat lebaran pun Dendi tak mengenakan baju baru, dia tetap mengenakan pakaian alat pelindung diri berwana biru dan helm yang setia melindung kepalanya.

Ayah dua orang anak tersebut sudah mengabdi sebagai petugas operator pembangkit selama 20 tahun. Dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut, keluarga Dendi juga harus merelakan perayaan lebaran tanpa kehadirannya.

"Keluarga sudah memaklumi," kata Dendi saat ditemui Liputan6.com di PLTGU Muara Karang, Jakarta, yang ditulis Kamis (8/8/2013)

Taryana

Tak hanya Dendi, rekannya Taryana juga mendapat tugas mengoperatori pembangkit yang berkapasitas 1.550 megawatt.

Meski sedih tidak bisa melewati momen-momen indah bersama keluarga, namun pria yang bertugas sejak tahun 1992 tersebut mengaku bangga karena bisa berperan dalam sistem kelistrikan Jakarta saat lebaran.

"Ada sedih dan bangga, sedihnya ketika jauh dari keluarga, bangga ketika memenuhi kebutuhan masyarakat, masyarakat yang butuh penerangan," ungkap Taryana, sesekali melirik layar, memantau proses mesin-mesin PLTGU.

Dia mengakui menjalankan profesinya tidak mudah apalagi saat lebaran seperti ini, karena untuk menjadi operator membutuhkan loyalitas yang tinggi. Pasalnya, petugas-petugas tersebut hanya diberikan waktu sedikit untuk cuti, dan terbatasnya petugas yang mendapat cuti.

"Kita gantian, setahun dizinkan dua orang cuti tapi tidak lama, tiga sampai empat hari. Jadi belum tentu setiap tahun, jarang bisa," tuturnya.

Dengan pola kerja seperti itu, bapak tiga orang anak tersebut acap kali mendapat protes dari keluarganya. Namun dirinya selalu memberi pengertian tentang tugasnya yang berat menjaga pembangkit yang memasok 53% listrik Jakarta tersebut.

"Awal protes, namanya di Jakarta lebaran sepi, sering diprotes. Tapi dikasih pemahaman bahwa tugas bapak juga seperti ini," tegasnya.

Nurdin Sidiq

Selain operator, pada sistem ketenagalistrikan yang mengaliri Istana Presiden tersebut juga ada teknisi pemeliharaan Nurdin Sidiq. Dia bertugas untuk terus memastikan agar tidak ada kendala dalam proses pengaliran listrik. Lelaki berkacamata ini juga harus bersiaga saat lebaran.

Seperti Taryana, dirinya juga mendapat protes dari keluarga karena sudah dua tahun berturut-turut tidak bisa ikut merayakan lebaran bersama keluarga demi mengemban tugasnya.

Namun meskipun bekerja saat lebaran, para petugas tersebut mengaku mendapat insentif dari perusahaan. Hal tersebut juga membuat para petugas yang meninggalkan keluarga saat lebaran tetap bersemangat mengemban tugasnya.

"Insetifnya ada, ya itu yang bikin senang buat orang rumah," tuturnya.

Sukiyo

PLTGU yang dibangun pada tahun 1978 tersebut termasuk dalam alat vital negara, sehingga membutuhkan penjagaan yang super ketat. Seorang petugas kemanan PLTU Muara Karang Sukiyo (45) mengaku juga harus bersiaga menjaga keamanan PLTGU tersebut dan rela berpisah dengan keluarga sudah menjadi risikonya.

Mengabdikan diri selama 22 tahun membuat keluarga cukup mengerti akan beratnya tugas yang diemban bapak tiga orang anak ini. Dirinya pun rela ditinggal keluarganya yang merayakan lebaran bersama keluarga besarnya di Karang Anyar, Solo, Jawa Tengah.

"Alhamdulillah keluarga mengerti, saya sering pulang malam pun keluarga mendukung, sangat support kalau saya mengalami keluhan," tutupnya. (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.