Sukses

Sambut Lebaran, Penjual Kulit Ketupat Bermunculan di Tanah Abang

Perayaan lebaran di Indonesia identik dengan ketupat sebagai makan khas yang disajikan bersama opor ayam, sambal goreng ati dan semur daging

Perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia identik dengan ketupat sebagai makan khas yang disajikan bersama opor ayam, sambal goreng ati atau semur daging. Menjelang lebaran, biasanya banyak bermunculan pedagang musim yang menjual kulit ketupat di pinggir jalan.

Seperti Surdi (44), pengrajin sekaligus penjual kulit ketupat di Jalan KH Mas Masyur gang Sabeni, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dia mengaku berjualan kulit ketupat tersebut hanya ketika mendekati Idul Fitri saja.

"Saya sih sehari-hari pedagang sayuran di pasar, tapi pas mau jelang lebaran kaya gini saya jualan kulit ketupat, karena lebih menguntungkan," ujarnya saat ditemui Liputan6.com di Jakarta, Selasa (6/8/2013).

Pria yang tinggal di Rangkasbitung Jawa Barat ini, sengaja datang ke wilayah Tanah Abang sekedar untuk berjualan kulit ketupat yang dia mulai sejak hari Senin (5/8/2013) sore kemarin. Dia biasanya datang dengan membawa 2 ikat daun kelapa atau yang biasa disebut janur, dimana tiap ikat berisi sekitar 1 ribu lembar janur.

"Janurnya dibawa dari Rangkasbitung yang saya beli dari pemilik kebun kelapa di sana. Sampai sini baru saya anyam sampai berbentuk ketupat," lanjutnya.

Selembar daun kepala tersebut dia beli seharga Rp 100 sedangkan bila sudah jadi kulit ketupat dia jual sebesar Rp 500 per biji, selain itu dia juga menjual daun kelapa tersebut Rp 300 per lembar.

"Tiap hari saya dibantu teman bisa bikin sekitar 800-1.000 kulit ketupat, itu butuh sekitar 1.000 lembar janur. Biasanya ketupatnya saya jual per ikat Rp 5.000, isinya 10 ketupat," jelas pria yang sudah 10 tahun menjadi pedagang musiman kulit ketupat di wilayah tersebut.

Dalam sehari Surdi mengaku bisa menjual rata-rata 800 kulit ketupat. Tiap tahunnya, dia mulai berjualan pada H-3 lebaran sampai malam takbiran, 24 jam non-stop.

"Jadi pagi siang malam saya bikin kulit ketupat sambil jualan disini, tidur juga ya dipinggir jalan ini sama penjual yang lain. Nanti pas malam takbiran baru saya pulang ke Rangkasbitung. Kalau kulitnya ada yang enggak laku, ya paling dibuang, karena kan pasti layu," tandasnya. (Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini